Selasa, 31 Januari 2017

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING

MAKALAH
Bimbingan Konseling
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling
DosenPengampu :Nurjaman,M.Pd










Di susunoleh :
1.      Kartika Puspa W.                     (140641165)
2.      Mari Mariyani                          (140641177)
3.      YuniAnggraeni                        (140641163)

Kelompok 1 (satu)
Kelas : SD14. A-5
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2017




KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tujuan disusunnya makalah dengan judul : “Bimbingan“ ini adalah guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
Kami  menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentu masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan untuk perbaikan yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pemerhati pendidikan pada umumnya serta merupakan wujud sebuah pengabdian kepada Allah SWT.







Penyusun, 27 Cirebon 2017



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kebutuhan akan bimbingan konseling sangat dipegaruhi oleh faktor filosofi, psikologi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Latar belakang filosofi  berkaitan dengan pandangan tentang hakikat manusia. Salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya semangat memberikan bimbingan  adalah filsafat humanisme, yaitu bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Latar belakang psikologi berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia yang sifatnya unik, berbeda dari individu lain. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan mengembangkan diri sesuai dengan keunikan atau tiap-tiap potensi.Dari sisi keunikan dan keragaman individu, diperlukan bimbingan untuk mencapai perkembangan yang sehat di dalam lingkungannya.
Kehidupan sosial budaya suatu masyarakat adalah sistem terbuka. Keterbukaan ini mendorong terjadinya pertumbuhan, pergeseran dan perubahan nilai dalam masyarakat yang akan mewarnai cara berpikir dan perilaku individu. Bimbingan konseling membantu individu memelihara,  memperhalus dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah pengembangan diri.
Akibat kemajuan IPTEK yang sangat pesat, kesempatan kerja berkembang dengan cepat pula sehingga para siswa memerlukan bantuan dari pembimbing untuk menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja yang selalu berubah dan meluas.
Pemikiran inilah yang menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang guru mampu memahami dari bimbingan konseling yang kemudian dapat dijadikan sebagai transformasi kepada peserta didik untuk memunculkan kesadaran akan pentingnya bimbingan konseling tersebut.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian dan prinsip bimbingan di sekolah dasar?
2.      Bagaimana kedudukan dan permsalahan bimbingan di sekolah dasar?
3.      Bagaimana hubungan pendidikan dengan bimbingan di sekolah dasar?
4.      Pendekatan apa saja yang terdapat dalam bimbingan di sekolah dasar?


C.    Tujuan
1.      Memahami pengertian dan prinsip bimbingan di sekolah dasar.
2.      Mengetahui kedudukan dan permasalahan bimbingan di sekolah dasar.
3.      Mengetahui hubungan pendidikan dengan bimbingan di sekolah dasar
4.      Memahami pendekatan bimbingan di sekolah dasar.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Prinsip Bimbingan Di Sekolah Dasar
1.      Pengertian Bimbingan
Menurut Prayitno dan Erman Amti, merumuskan arti Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno, 2004:99).
Kartini Kartono lebih lanjut mengungkapkan, Bimbingan adalah: pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan dengan pengetahuan pemahaman keterampilan-keterampilan tertentu yang  diperlukan dalam menolong kepada orang lain yang memerlukan  pertolongan.Sedangkan menurut Bernard & Fullmer (1969) mengemukakan bahwa bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan realisisasi pribadi setiap individu.
Berdasarkan pengertian konseling menurut para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk memahami dan mengatasi permalahan yang dialami oleh individu atau seseorang tersebut, dengan cara terus menerus dan sitematis.
2.      Prinsip – Prinsip Umum Bimbingan di Sekolah Dasar
a)      Prinsip-prinsip yang dikemukan berikut berkenaan dengan tujuan, praktek, dan kaidah umum pelaksanaan bimbingan disekolah atau dalam tatanan pendidikan pada umumnya.
Bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang. Ini berarti bahwa bantuan yang diberikan kepada siswa harus bertolak dari perkembangan dan kebutuhan siswa
b)      Bimbingan diperuntukan bagi semua siswa. Bimbingan tidak hanya ditujukan kepada siswa yang bermasalah atau salah satu tetapi ditujukan kepada semua siswa.
c)      Bimbingan dilaksanakan dengan memperdulikan semua segi perkembangan siswa. Prinsip ini mengandung arti bahwa dalam bimbingan semua segi perkembangan siswa, baik fisik, mental, social, maupun emosional dipandang sebagai satu kesatuan dan saling berkaitan.
d)     Bimbingan berdasar pada pengakuan atas kemampuan individu untuk menentukan pilihan. Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan sendiri tentang apa yang akan dia lakukan.
e)      Bimbingan adalah bagian terpadu dari proses pendidikan. Proses pendidikan bukanlah proses pengembangan aspek intelektual semata, melainkan proses pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa.

B.     Kedudukan dan Permasalahan Bimbingan Di Sekolah Dasar
Kedudukan bimbingan di sekolah dasar secara formal telah digariskan di dalam Undang-Undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu ada juga peraturan pemerintah yakni PP No. 28/1989, yang secara khusus menjelaskan perihal bimbingan di sekolah dasar. Dalam pasal 25 peraturan pemerintah tersebut diterangkan bahwa:
1.      Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
2.      Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
(Kartadinata, 1998:10)
Dalam sistem pendidikan wajib belajar 9 tahun, sekolah dasar mempunyai kewajiban untuk menyiapkan lulusannya untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMP. Sehingga tanggung jawab sekolah dasar itu bukan hanya menamatkan dan meluluskan siswa, akan tetapi juga menyiapkan kognitif, kepribadian dan perilaku siswa agar siap menghadapi dunia barunya yakni sekolah menengah.
Ada dua hal yang berdampak pada perlunya bimbingan untuk siswa di sekolah dasar. Pertama, adanya masalah-masalah perkembangan yang mencakup aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi, dan sosial. Kedua, rentang keragaman individual siswa yang amat lebar. Dari permasalahan yang kedua, muncul populasi khusus yang menjadi target layanan bimbingan, diantaranya:
a)      Siswa dengan kecerdasan dan kemampuan tinggi
b)      Siswa yang mengalami kesulitan belajar.
c)      Siswa dengan perilaku bermasalah.

C.    Hubungan Pendidikan Dengan Bimbingan Di Sekolah Dasar
Menurut Mohamad Surya (1988), ada tiga pandangan mengenai hubungan antara bimbingan dan konseling. Pandangan pertama berpendapat bahwa bimbingan sama dengan konseling. Kedua istilah tidak mempunyai perbedaan yang mendasar.
Pandangan kedua berpendapat bahwa bimbingan berbeda dengan konseling, baik dasar maupun cara kerja. Menurut pandangan kedua, bimbingan merupakan pendidikan sedangkan konseling merupakan psikoterapi yaitu usaha untuk menolong individu yang mengalami masalah serius.
Pandangan ketiga berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terpadu, keduanya tidak saling terpisah.Berkaitan dengan pandangan ketiga ini, Downing (1998); Hansen, Stefic, dan Warner (1977) dalam Prayitno (1978), menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu pelayanan khusus yang terorganisasi dan terintegrasi ke dalam program sekolah untuk menunjang kegiatan perkembangan siswa secara optimal, sedangkan konseling adalah usaha pemberian bantuan kepada murid secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna penyesuaian diri.
Moser dan Moser (dalam Prayitno, 1978:643) menyatakan bahwa di dalam keseluruhan pelayanan bimbingan, konseling dianggap sebagai inti dari proses pemberian bantuan. Mortesen dan Schmuller (1976:56) menyatakan bahwa konseling adalah jantung hatinya program bimbingan.
Kurikulum merupakan rancangan pengalaman belajar bagi siswa untuk mempercepat perkembangan intelektualnya. Kenyataan menunjukkan bahwa siswa yang masuk sekolah memiliki keragaman intelektual dan rentang motivasi yang cukup besar. Akibatnya, pengembangan intelektual yang dirancang melalui pengalaman belajar kurikuler tidak dapat dipisahkan dari pengembangan aspek social dan emosional. Persoalan yang muncul ialah bagaimana siswa dapat mengambil manfaat yang maksimal dari pengalaman kurikuler disekolahnya, sehingga perkembangan yang terjadi pada diri siswa tidak hanya perkembangan aspek intelektual tetapi juga aspek non-intelektual seperti pada aspek social, emosi, sikap dan motivasi.
Kegiatan kurikuler disekolah yang diwujudkan dalam proses atau kegiatan pembelajaran hendaknya dapat mengakomodasi keragaman individual siswa. Untuk itu kegiatan pembelajaran harus memperhadapkan siswa kepada kemungkinan situasi untuk :
1.      Belajar dalam kelompok besar.
2.      Belajar dalam kelompok kecil, dan
3.      Belajar sendiri,
Perencanaan kurikuler sekolah akan merupakan wahana yang kondusif bagi layanan bimbingan apabila memperhatikan hal-hal berikut :
a)      Rancangan kegiatan kurikuler mencakup pengalaman belajar yang dapat mengembangkan aspek rasa dan kehendak (motivasi).
b)      Rancangan kegiatan kurikuler menyediakan pengalaman bagi siswa untuk melaksanakan eksplorasi diri, yakni belajar memahami keadaan diri secara realistic dan belajar merumuskan serta menguji harapan dirinya.
c)      Rancangan kegiatan kurikuler menyediakan pengalaman bagi siswa yang berkenaan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam perencanaan karir dan pendidikan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa hubungan bimbingan dengan kegiatan kurikuler disekolah terletak dalam dua hal pokok. Pertama, bimbingan merupakan piranti (instrumen) untuk memahami rentang kecakapan, prestasi, minat, kekuatan, kelemahan, masalah, dan karakteristik perkembangan siswa sebagai segi-segi esensial yang mendasar perencanaan kegiatan kurikuler. Kedua, bimbingan membantu siswa dalam memahami dan memasuki kegiatan belajar yang disediakan dalam pengalaman kurikuler itu.

D.    Pendekatan Perkembangan Dalam Bimbingan di Sekolah Dasar
Ada empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan, yaitu:
1.      Krisis.
Dalam pendekatan krisis, pembimbing menunggu munculnya sesuatu krisis dan dia bertindak membantu seseorang yang menghadapi krisis itu.
2.      Remedial.
Didalam pendekatan remedial, guru akan memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang tampak.
3.      Preventif.
Pendekatan preventif mencoba mengantisipasi masalah-masalah generic dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, narkotika, kenakalan, merokok dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada siswa secara umum.
4.      Perkembangan (Myrick dalam Murc & Kottman, 1995)
Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan lebih proaktif dibandingkan dengan ketika pendekatan sebelumnya. Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa untuk mencapai keberhasilan disekolah dan dalam kehidupan.
Ada pola umum dalam proses perkembangan siswa, oleh karena itu perkembangan berlangsung dalam tata urutan tertentu. Dalam teori psikologi tata urutan itu dirumuskan sebagai tugas-tugas perkembangan. Tugas perkembangan diartikan sebagai perangkat perilaku yang harus dikuasi siswa dalam periode kehidupan tersebut akan mendasari keberhasilan penguasaan perangkat perilaku dalam periode berikutnya ; sedangkan kegagalan menguasai perangkat perilaku dalm periode kehidupan sebelumnya akan membawa siswa ke dalam kekecewaan, penolakan masyarakat, dan kesulitan didalam menguasai perangkat perilaku pada periode kehidupan berikutnya.
Dalam pendekatan perkembangan perolehan perilaku yang diharapkan terbentuk pada siswa perlu dirumuskan secara komprehensif dan rumusan itu akan menjadi dasar bagi pengembangan program bimbingan. Esensi strategi untuk membantu siswa mengembangkan dan menguasai perilaku yang diharapkan tersebut terletak pada pengembangan lingkungan belajar, yakni lingkungan yang memungkinkan siswa memperoleh perilaku baru yang lebih efektif. Didalam lingkungan belajar inilah dikembangkan peluang, harapan, pemahaman, persepsi yang memungkinkan siswa memperkuat dan memenuhi kebutuhan dan motif dasar mereka atau mungkin mendorong siswa untuk mengubah atau menyesuaikan kebutuhan dan motif dasar tersebut kepada perilaku dan nilai-nilai yang berkembang didalam lingkungan belajar. Didalam konsep bimbingan perkembangan lingkungan belajar seperti digambarkan diatas dirumuskan kedalam konsep lingkungan perkembangan manusia atau ekologi perkembangan manusia.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno, 2004:99).
Djumhur dan Moh. Surya (1975) memberikan pandangannya tentang bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sitematis kepada individu untuk memcahkan masalah yang dihadapinya. Winkel (2005) memberikan definisi bimbingan ialah usaha melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri.
Kedudukan bimbingan di sekolah dasar secara formal telah digariskan di dalam Undang-Undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu ada juga peraturan pemerintah yakni PP No. 28/1989, yang secara khusus menjelaskan perihal bimbingan di sekolah dasar. Dalam pasal 25 peraturan pemerintah tersebut diterangkan bahwa:
3.      Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
4.      Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.(Kartadinata, 1998:10)

Menurut Mohamad Surya (1988), ada tiga pandangan mengenai hubungan antara bimbingan dan konseling. Pandangan pertama berpendapat bahwa bimbingan sama dengan konseling. Kedua istilah tidak mempunyai perbedaan yang mendasar.
Pandangan kedua berpendapat bahwa bimbingan berbeda dengan konseling, baik dasar maupun cara kerja. Menurut pandangan kedua, bimbingan merupakan pendidikan sedangkan konseling merupakan psikoterapi yaitu usaha untuk menolong individu yang mengalami masalah serius.
Pandangan ketiga berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terpadu, keduanya tidak saling terpisah.Berkaitan dengan pandangan ketiga ini, Downing (1998); Hansen, Stefic, dan Warner (1977) dalam Prayitno (1978), menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu pelayanan khusus yang terorganisasi dan terintegrasi ke dalam program sekolah untuk menunjang kegiatan perkembangan siswa secara optimal, sedangkan konseling adalah usaha pemberian bantuan kepada murid secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna penyesuaian diri.

B.     Saran
Untuk menjadi guru yang professional kita harus memahami materi yang akan disampaikan kepada peserta didik.











DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadi. 2010. Ruang Lingkup Bimbingan Konseling. Tersedia dalam http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2010/10/ruang-lingkup-bimbingan-konseling.html diunduh 17 September 2012.

Ikhwan Nurhakim. 2011. Kesalah Pemahaman Tentang Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Tersedia dalam http://precounselor.wordpress.com/2011/03/13/15-kesalah-pemahaman-tentang-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah/ diunduh 17 September 2012.
Mugiarso, Heru. 2007. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.
Prayitno & Amti, Erman. 2004. Dasar – Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Salahuddin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.
Katini Kartono, Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya, (Jakarta: Rajawali, 1985), 9.
Hallen, 2002. Bimbingan dan Konseling. Liputan Press : Jakarta

Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling dalam Berbagai Latar Kehiduan. PT RFIKA ADITAMA : Bandung

Prayitno dan Erman Amfi. 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Reneka  Cipta : Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar