MAKALAH
Bimbingan Konseling
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Bimbingan Konseling
DosenPengampu :Nurjaman,M.Pd
1.
Kartika
Puspa W. (140641165)
2.
Mari Mariyani (140641177)
3.
YuniAnggraeni (140641163)
Kelompok 1
(satu)
Kelas : SD14.
A-5
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tujuan disusunnya makalah dengan judul : “Bimbingan“ ini adalah guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentu masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan untuk perbaikan yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pemerhati pendidikan pada umumnya serta merupakan wujud sebuah pengabdian kepada
Allah SWT.
Penyusun, 27 Cirebon
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kebutuhan akan bimbingan konseling sangat dipegaruhi oleh faktor
filosofi, psikologi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Latar
belakang filosofi berkaitan dengan pandangan tentang hakikat manusia.
Salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya semangat
memberikan bimbingan adalah filsafat humanisme, yaitu bahwa manusia
memiliki potensi untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Latar belakang
psikologi berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia yang sifatnya unik,
berbeda dari individu lain. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu
memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan mengembangkan diri sesuai
dengan keunikan atau tiap-tiap potensi.Dari sisi keunikan dan keragaman
individu, diperlukan bimbingan untuk mencapai perkembangan yang sehat di dalam
lingkungannya.
Kehidupan sosial budaya suatu masyarakat adalah sistem terbuka.
Keterbukaan ini mendorong terjadinya pertumbuhan, pergeseran dan perubahan
nilai dalam masyarakat yang akan mewarnai cara berpikir dan perilaku individu.
Bimbingan konseling membantu individu memelihara, memperhalus dan memaknai nilai sebagai
landasan dan arah pengembangan diri.
Akibat kemajuan IPTEK yang sangat pesat,
kesempatan kerja berkembang
dengan cepat pula sehingga para siswa memerlukan bantuan dari pembimbing untuk
menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja yang
selalu berubah dan meluas.
Pemikiran inilah yang menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang
guru mampu memahami dari bimbingan konseling yang kemudian dapat dijadikan
sebagai transformasi kepada peserta didik untuk memunculkan kesadaran akan
pentingnya bimbingan konseling tersebut.
B.
Rumusan
masalah
1.
Apa
pengertian dan prinsip bimbingan di sekolah dasar?
2.
Bagaimana
kedudukan dan permsalahan bimbingan di sekolah dasar?
3.
Bagaimana
hubungan pendidikan dengan bimbingan di sekolah dasar?
4.
Pendekatan
apa saja yang terdapat dalam bimbingan di sekolah dasar?
C.
Tujuan
1.
Memahami
pengertian dan prinsip bimbingan di sekolah dasar.
2.
Mengetahui
kedudukan dan permasalahan bimbingan di sekolah dasar.
3.
Mengetahui
hubungan pendidikan dengan bimbingan di sekolah dasar
4.
Memahami
pendekatan bimbingan di sekolah dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
dan Prinsip Bimbingan Di Sekolah Dasar
1. Pengertian
Bimbingan
Menurut
Prayitno dan Erman Amti, merumuskan arti Bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa
orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa;
agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno, 2004:99).
Kartini
Kartono lebih lanjut mengungkapkan, Bimbingan adalah: pertolongan yang
diberikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan dengan pengetahuan pemahaman
keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan
dalam menolong kepada orang lain yang memerlukan pertolongan.Sedangkan
menurut Bernard & Fullmer (1969) mengemukakan bahwa bimbingan merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan realisisasi pribadi setiap individu.
Berdasarkan
pengertian konseling menurut para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bimbingan merupakan bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu
atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk memahami dan
mengatasi permalahan yang dialami oleh individu atau seseorang tersebut, dengan
cara terus menerus dan sitematis.
2. Prinsip – Prinsip Umum Bimbingan di Sekolah Dasar
a)
Prinsip-prinsip
yang dikemukan berikut berkenaan dengan tujuan, praktek, dan kaidah umum
pelaksanaan bimbingan disekolah atau dalam tatanan pendidikan pada umumnya.
Bimbingan
diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang. Ini
berarti bahwa bantuan yang diberikan kepada siswa harus bertolak dari perkembangan
dan kebutuhan siswa
b)
Bimbingan
diperuntukan bagi semua siswa. Bimbingan tidak hanya ditujukan kepada siswa
yang bermasalah atau salah satu tetapi ditujukan kepada semua siswa.
c)
Bimbingan
dilaksanakan dengan memperdulikan semua segi perkembangan siswa. Prinsip ini
mengandung arti bahwa dalam bimbingan semua segi perkembangan siswa, baik
fisik, mental, social, maupun emosional dipandang sebagai satu kesatuan dan
saling berkaitan.
d)
Bimbingan
berdasar pada pengakuan atas kemampuan individu untuk menentukan pilihan.
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk
menentukan pilihan sendiri tentang apa yang akan dia lakukan.
e)
Bimbingan
adalah bagian terpadu dari proses pendidikan. Proses pendidikan bukanlah proses
pengembangan aspek intelektual semata, melainkan proses pengembangan seluruh
aspek kepribadian siswa.
B.
Kedudukan
dan Permasalahan Bimbingan Di Sekolah Dasar
Kedudukan bimbingan di sekolah dasar secara formal
telah digariskan di dalam Undang-Undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Selain itu ada juga peraturan pemerintah yakni PP No. 28/1989, yang
secara khusus menjelaskan perihal bimbingan di sekolah dasar. Dalam pasal 25
peraturan pemerintah tersebut diterangkan bahwa:
1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada
siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan.
2. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
(Kartadinata, 1998:10)
Dalam
sistem pendidikan wajib belajar 9 tahun, sekolah dasar mempunyai kewajiban
untuk menyiapkan lulusannya untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi
yaitu SMP. Sehingga tanggung jawab sekolah dasar itu bukan hanya menamatkan dan
meluluskan siswa, akan tetapi juga menyiapkan kognitif, kepribadian dan
perilaku siswa agar siap menghadapi dunia barunya yakni sekolah menengah.
Ada dua
hal yang berdampak pada perlunya bimbingan untuk siswa di sekolah dasar.
Pertama, adanya masalah-masalah perkembangan yang mencakup aspek perkembangan
fisik, kognitif, pribadi, dan sosial. Kedua, rentang keragaman individual siswa
yang amat lebar. Dari permasalahan yang kedua, muncul populasi khusus yang
menjadi target layanan bimbingan, diantaranya:
a) Siswa dengan kecerdasan dan kemampuan tinggi
b) Siswa yang mengalami kesulitan belajar.
c) Siswa dengan perilaku bermasalah.
C.
Hubungan
Pendidikan Dengan Bimbingan Di Sekolah Dasar
Menurut Mohamad
Surya (1988), ada tiga pandangan mengenai hubungan antara bimbingan dan
konseling. Pandangan pertama berpendapat bahwa bimbingan sama dengan konseling.
Kedua istilah tidak mempunyai perbedaan yang mendasar.
Pandangan kedua
berpendapat bahwa bimbingan berbeda dengan konseling, baik dasar maupun cara
kerja. Menurut pandangan kedua, bimbingan merupakan pendidikan sedangkan
konseling merupakan psikoterapi yaitu usaha untuk menolong individu yang
mengalami masalah serius.
Pandangan ketiga berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terpadu, keduanya tidak saling terpisah.Berkaitan dengan pandangan ketiga ini, Downing (1998); Hansen, Stefic, dan Warner (1977) dalam Prayitno (1978), menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu pelayanan khusus yang terorganisasi dan terintegrasi ke dalam program sekolah untuk menunjang kegiatan perkembangan siswa secara optimal, sedangkan konseling adalah usaha pemberian bantuan kepada murid secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna penyesuaian diri.
Pandangan ketiga berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terpadu, keduanya tidak saling terpisah.Berkaitan dengan pandangan ketiga ini, Downing (1998); Hansen, Stefic, dan Warner (1977) dalam Prayitno (1978), menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu pelayanan khusus yang terorganisasi dan terintegrasi ke dalam program sekolah untuk menunjang kegiatan perkembangan siswa secara optimal, sedangkan konseling adalah usaha pemberian bantuan kepada murid secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna penyesuaian diri.
Moser dan Moser
(dalam Prayitno, 1978:643) menyatakan bahwa di dalam keseluruhan pelayanan
bimbingan, konseling dianggap sebagai inti dari proses pemberian bantuan.
Mortesen dan Schmuller (1976:56) menyatakan bahwa konseling adalah jantung
hatinya program bimbingan.
Kurikulum merupakan rancangan pengalaman belajar bagi siswa untuk
mempercepat perkembangan intelektualnya. Kenyataan menunjukkan bahwa siswa yang
masuk sekolah memiliki keragaman intelektual dan rentang motivasi yang cukup
besar. Akibatnya, pengembangan intelektual yang dirancang melalui pengalaman
belajar kurikuler tidak dapat dipisahkan dari pengembangan aspek social dan
emosional. Persoalan yang muncul ialah bagaimana siswa dapat mengambil manfaat
yang maksimal dari pengalaman kurikuler disekolahnya, sehingga perkembangan
yang terjadi pada diri siswa tidak hanya perkembangan aspek intelektual tetapi
juga aspek non-intelektual seperti pada aspek social, emosi, sikap dan
motivasi.
Kegiatan kurikuler disekolah yang diwujudkan dalam proses atau
kegiatan pembelajaran hendaknya dapat mengakomodasi keragaman individual siswa.
Untuk itu kegiatan pembelajaran harus memperhadapkan siswa kepada kemungkinan
situasi untuk :
1. Belajar dalam kelompok besar.
2. Belajar dalam kelompok kecil, dan
3. Belajar sendiri,
Perencanaan kurikuler sekolah akan
merupakan wahana yang kondusif bagi layanan bimbingan apabila memperhatikan
hal-hal berikut :
a) Rancangan kegiatan kurikuler mencakup pengalaman belajar yang dapat
mengembangkan aspek rasa dan kehendak (motivasi).
b) Rancangan kegiatan kurikuler menyediakan pengalaman bagi siswa
untuk melaksanakan eksplorasi diri, yakni belajar memahami keadaan diri secara
realistic dan belajar merumuskan serta menguji harapan dirinya.
c) Rancangan kegiatan kurikuler menyediakan pengalaman bagi siswa yang
berkenaan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam perencanaan
karir dan pendidikan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa hubungan bimbingan dengan
kegiatan kurikuler disekolah terletak dalam dua hal pokok. Pertama, bimbingan
merupakan piranti (instrumen) untuk memahami rentang kecakapan, prestasi,
minat, kekuatan, kelemahan, masalah, dan karakteristik perkembangan siswa
sebagai segi-segi esensial yang mendasar perencanaan kegiatan kurikuler. Kedua,
bimbingan membantu siswa dalam memahami dan memasuki kegiatan belajar yang
disediakan dalam pengalaman kurikuler itu.
D.
Pendekatan
Perkembangan Dalam Bimbingan di Sekolah Dasar
Ada empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam
bimbingan, yaitu:
1.
Krisis.
Dalam pendekatan krisis, pembimbing menunggu munculnya sesuatu krisis dan dia bertindak membantu seseorang yang menghadapi krisis itu.
Dalam pendekatan krisis, pembimbing menunggu munculnya sesuatu krisis dan dia bertindak membantu seseorang yang menghadapi krisis itu.
2.
Remedial.
Didalam pendekatan remedial, guru akan memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang tampak.
Didalam pendekatan remedial, guru akan memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang tampak.
3.
Preventif.
Pendekatan preventif mencoba mengantisipasi masalah-masalah generic dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, narkotika, kenakalan, merokok dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada siswa secara umum.
Pendekatan preventif mencoba mengantisipasi masalah-masalah generic dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, narkotika, kenakalan, merokok dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada siswa secara umum.
4.
Perkembangan
(Myrick dalam Murc & Kottman, 1995)
Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan lebih proaktif dibandingkan dengan ketika pendekatan sebelumnya. Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa untuk mencapai keberhasilan disekolah dan dalam kehidupan.
Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan lebih proaktif dibandingkan dengan ketika pendekatan sebelumnya. Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa untuk mencapai keberhasilan disekolah dan dalam kehidupan.
Ada pola umum
dalam proses perkembangan siswa, oleh karena itu perkembangan berlangsung dalam
tata urutan tertentu. Dalam teori psikologi tata urutan itu dirumuskan sebagai
tugas-tugas perkembangan. Tugas perkembangan diartikan sebagai perangkat
perilaku yang harus dikuasi siswa dalam periode kehidupan tersebut akan
mendasari keberhasilan penguasaan perangkat perilaku dalam periode berikutnya ;
sedangkan kegagalan menguasai perangkat perilaku dalm periode kehidupan
sebelumnya akan membawa siswa ke dalam kekecewaan, penolakan masyarakat, dan
kesulitan didalam menguasai perangkat perilaku pada periode kehidupan
berikutnya.
Dalam
pendekatan perkembangan perolehan perilaku yang diharapkan terbentuk pada siswa
perlu dirumuskan secara komprehensif dan rumusan itu akan menjadi dasar bagi
pengembangan program bimbingan. Esensi strategi untuk membantu siswa
mengembangkan dan menguasai perilaku yang diharapkan tersebut terletak pada
pengembangan lingkungan belajar, yakni lingkungan yang memungkinkan siswa
memperoleh perilaku baru yang lebih efektif. Didalam lingkungan belajar inilah
dikembangkan peluang, harapan, pemahaman, persepsi yang memungkinkan siswa
memperkuat dan memenuhi kebutuhan dan motif dasar mereka atau mungkin mendorong
siswa untuk mengubah atau menyesuaikan kebutuhan dan motif dasar tersebut
kepada perilaku dan nilai-nilai yang berkembang didalam lingkungan belajar.
Didalam konsep bimbingan perkembangan lingkungan belajar seperti digambarkan
diatas dirumuskan kedalam konsep lingkungan perkembangan manusia atau ekologi
perkembangan manusia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa;
agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno, 2004:99).
Djumhur
dan Moh. Surya (1975) memberikan pandangannya tentang bimbingan sebagai suatu
proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sitematis kepada individu
untuk memcahkan masalah yang dihadapinya. Winkel (2005) memberikan definisi
bimbingan ialah usaha melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan
informasi tentang dirinya sendiri.
Kedudukan bimbingan di sekolah dasar secara formal
telah digariskan di dalam Undang-Undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Selain itu ada juga peraturan pemerintah yakni PP No. 28/1989, yang
secara khusus menjelaskan perihal bimbingan di sekolah dasar. Dalam pasal 25
peraturan pemerintah tersebut diterangkan bahwa:
3. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada
siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan.
4. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.(Kartadinata,
1998:10)
Menurut Mohamad
Surya (1988), ada tiga pandangan mengenai hubungan antara bimbingan dan
konseling. Pandangan pertama berpendapat bahwa bimbingan sama dengan konseling.
Kedua istilah tidak mempunyai perbedaan yang mendasar.
Pandangan kedua
berpendapat bahwa bimbingan berbeda dengan konseling, baik dasar maupun cara
kerja. Menurut pandangan kedua, bimbingan merupakan pendidikan sedangkan
konseling merupakan psikoterapi yaitu usaha untuk menolong individu yang
mengalami masalah serius.
Pandangan ketiga berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terpadu, keduanya tidak saling terpisah.Berkaitan dengan pandangan ketiga ini, Downing (1998); Hansen, Stefic, dan Warner (1977) dalam Prayitno (1978), menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu pelayanan khusus yang terorganisasi dan terintegrasi ke dalam program sekolah untuk menunjang kegiatan perkembangan siswa secara optimal, sedangkan konseling adalah usaha pemberian bantuan kepada murid secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna penyesuaian diri.
Pandangan ketiga berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terpadu, keduanya tidak saling terpisah.Berkaitan dengan pandangan ketiga ini, Downing (1998); Hansen, Stefic, dan Warner (1977) dalam Prayitno (1978), menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu pelayanan khusus yang terorganisasi dan terintegrasi ke dalam program sekolah untuk menunjang kegiatan perkembangan siswa secara optimal, sedangkan konseling adalah usaha pemberian bantuan kepada murid secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna penyesuaian diri.
B.
Saran
Untuk menjadi guru yang professional kita harus memahami materi
yang akan disampaikan kepada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Hadi. 2010. Ruang Lingkup Bimbingan Konseling. Tersedia dalam http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2010/10/ruang-lingkup-bimbingan-konseling.html diunduh 17 September 2012.
Ikhwan Nurhakim. 2011. Kesalah Pemahaman Tentang Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah. Tersedia dalam http://precounselor.wordpress.com/2011/03/13/15-kesalah-pemahaman-tentang-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah/ diunduh 17 September 2012.
Mugiarso, Heru. 2007. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT MKK Universitas
Negeri Semarang.
Prayitno & Amti, Erman. 2004. Dasar – Dasar Bimbingan Dan Konseling.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Salahuddin,
Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.
Katini
Kartono, Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya, (Jakarta: Rajawali, 1985), 9.
Hallen, 2002. Bimbingan dan Konseling. Liputan Press :
Jakarta
Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling dalam
Berbagai Latar Kehiduan. PT RFIKA ADITAMA : Bandung
Prayitno dan Erman Amfi. 1995. Dasar-dasar Bimbingan
Konseling. Reneka Cipta : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar