Selasa, 31 Januari 2017

BENTUK-BENTUK BIMBINGAN KONSELING DI SD

BENTUK-BENTUK BIMBINGAN KONSELING DI SD
MAKALAH INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH BIMBINGAN KONSELING
Dosen Pengampu : Nur Jaman M. Pd

 




DISUSUN OLEH :

1.      Desi Rakhmawati
2.      Rifaldi Nurhidayat


Kelompok : 6

KELAS : SD 14 – A.5

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON

2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan dan atas Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dengan judul “ Bentuk-Bentuk Bimbingan Konseling di SD ”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Bimbingan Konseling”. Dalam penulisan Makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan atau materi.
Akhirnya kami sampaikan terimakasih atas perhatiannya terhadap Makalah ini, dan kami berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya Makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna meningkatkan pembuatan Makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.


Cirebon, 26 November 2016



                                                                                                Penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
B.     Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C.     Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Layanan Orientasi...................................................................................................... 3
B.     Layanan Informasi..................................................................................................... 6
C.     Layanan Penempatan Dan Penyaluran...................................................................... 8
D.    Layanan Penguasaan Konten..................................................................................... 10
E.     Layanan Konseling Perorangan................................................................................. 12
F.      Layanan Bimbingan Kelompok................................................................................. 15
G.    Layanan Konseling Kelompok.................................................................................. 18
H.    Layanan Konsultasi................................................................................................... 21
I.       Layanan Mediasi........................................................................................................ 24

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.......................................................................................................... 29
B.     Saran.................................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 30

 



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakuoang
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Sekolah merupakan suatu sistim yang komponen – komponen didalamnya terintegrasi dengan baik. BK adalah salah satu komponen sekolah yang bertugas membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi komponen sekolah yang lain. Khususnya para siswa atau anak didik baik permasalahan pribadi, keluarga maupun sosisl masyarakat sehingga tercapai tujuan pendidikan. Secara formal kedudukan BK dalam sistem pendidikan di Indonesia ada didalan undang – undang No. 20 / 2003 tentang sistem pendidikan naisonal beserta perangkat peraturan pemerintahanya, sedagkan hal – hal yang berhubungan dengan pendidikan dasar dimana sekolah dasar ada didalamnya dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28/1999 tentang pendidikan dasar bab X. pada pasal 25 ayat I, dalam PP tersebut dikatakan bahwa : 1. bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan peribadi, mengenal ligkungan dan merencanakan masa depan. 2. bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Muhaimin Akhmad. (2013 : 79)
.
Peraturan pemerintah tersebut mengisyaratkan bahwa layanan BK di sekolah dasar sangat penting untuk dilaksanakan secara khusus, terperogram dan ditangani dengan baik oleh guru yang sangkutan agar siswa-siswanya dapat mengembangkan kemampuan yang di miliki dapat berkembang dengan baik.  Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan pendidikan dasar yakni memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 PP nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar). Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pendidikan nasional. Untuk itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah, tetapi terletak pada sumber daya alam yang berkualitas. Sumber daya alam yang berkualitas adalah sumber daya manusia, maka diperlukan peningkatan sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan bangsa. Muhaimin Akhmad. (2013 : 80)

Realitas di lapangan, khususnya di sekolah dasar menunjukkan bahwa peran guru kelas dalam pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling kurang membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa.Selain melaksanakan tugas pokoknya menyampaikan semua mata pelajaran, guru SD juga dibebani seperangkat administrasi yang harus dikerjakan sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara maksimal. Walaupun sudah memberikan layanan bimbingan konseling sesuai dengan kesempatan dan kemampuan, namun agaknya data pendukung yang berupa administrasi bimbingan konseling juga belum dikerjakan secara tertib sehingga terkesan pemberian layanan bimbingan dan konseling di SD "asal jalan". Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling tersirat bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak memiliki sistem pengelolaan yang bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Untuk itu diperlukan guru pembimbing yang profesional dalam mengelola kegiatan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi di sekolah dasar. Muhaimin Akhmad. (2013 : 81)


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagi berikut ini :
1.    Apa Pengertian Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling ?
2.    Bagaimana Tujuan Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling ?
3.    Bagaimana Isi Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling ?
4.    Bagaimana Teknik Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling ?
5.    Bagaimana Pelaksanaan Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling ?

C.    Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan dari Bentuk-bentuk Bimbingan Konseling itu sendiri  adalah sebagai berikut ini :
1.      Dapat Memahami Apa Pengertian Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling
2.      Dapat Mengerti Bagaimana Tujuan Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling
3.      Dapat Mengerti Bagaimana Isi Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling
4.      Dapat Memahami Bagaimana Teknik Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling
5.      Dapat Memahami Bagaimana Pelaksanaan Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Layanan Orientasi
1.      Makna Layanan Orientasi
Orientasi berarti tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Situasi atau lingkungan yang baru bagi individu merupakan sesuatu yang  asing. Dalam kondisi ketersaingan, individu akan mengalami kesulitan untuk bersosialisasi.  Dengan perkataan lain individu akan sulit melakukan hal-hal yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Ketidak mampuan bersosialisasi juga biasa menimbulkan perilaku mal adaptif ( prilaku menyimpang ) bagi individu. Layanan orientasi berusaha menjembatani kesenjangan antara individu dengan suasana ataupun objek-objek baru. Layanan ini juga akan mengantarkan individu ( siswa ) memasuki suasana ataupun objek baru agar ia daapt mengambil manfaat berkenaan dengan situasi objek yang baru tersebut. Muhaimin Akhmad. (2013 : 82)

2.      Tujuan Layanan Orientasi
Layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar mempu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Dengan perkataan lain agar individu dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari berbagai sumber yang ada pada suassana atau lingkungan baru tersebut.  Layanan ini juga akan mengantarkan individu untuk memasuki suasana atau lingkungan baru. Secara lebih khusus, tujuan layanan orientasi berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu pelayanan bimbingan dan konseling. Dilihat dari fungsi pemahaman, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar memiliki pemahaman tentang berbagai hal yang penting dari suasana yang baru saja dijumpainya. Hal-hal yang baru dijumpainya di oleh individu, dan digunakan untuk sesuatu yang menguntungkan.
Dilihat dari fungsi pencegahan, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar terhindar dari hal-hal negatif yang daapt timbul apabila individu tidak memahmi situasi atau lingkungannya yang baru. Dilihat dari fungsi pengembangan, apabila individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan mampu memanfaatkan secara konstruktif sumber-sumber yang ada pada situasi yang baru, maka individu akan dapat mengembangkan dan memelihara potensi dirinya. Pemahaman tentang situasi yang beru dan kemampuan konstruktif memasuki suasana baru, merupakan jalan bagi pengentasan dan dalam membela hak-hak pribadi sendiri (fungsi advokasi). Muhaimin Akhmad (2013 : 83)

3.      Isi Layanan Orientasi
Isi layanan orientasi adalah sebagai hal berkenaan dengan suasana, lingkungan, dan objek-objek yang baru bagi individu. Hal-hal tersebut melingkupi bidang-bidang; (a) pengembangan pribadi. (b) pengembangkan hubungan sosial. (c) pengembangan kegiatan belajar (d) pengembangan karier. (e) pengembangan kehidupan berkeluarga dan (f) pengembangan kehidupan beragama. Muhaimin Akhmad (2013 : 84)

4.      Teknik layanan orientasi
Muhaimin Akhmad (2013 : 85) mengemukakan bahwa Teknik Layanan Orientasi Merupakan Proses layanan orientasi mulai dari perencanaan hingga akhir bisa dilaksanakan melalui berbagai teknik dalam format lapangan, klasikal, kelompok, individual dan politik.
a.       Format lapangan; format ini ditempuh apabila peserta layanan (siswa) melakukan kegiatan ke luar kelas atau ruangan dalam rangka mengakses objek-objek tertentu yang menjadi isi layanan. Melalui format ini, peserta (siswa) mengunjungi objek-objek tertentu  yang menjadi isi layanan. Melalui format ini, peserta (siswa) mengunjungi ogjek-objek yang dimaksud. Bagi siswa baru di sekolah dan madrasah, format ini biasanya dilakukan di mana siswa mengunjungi objek-objek tertentu seperti perpustakaan, laboratorium, dan lain sebagainya.
b.      Format klasikal. Dengan format ini, kegiatan layanan orientasi dilaksanakan di dalam kelas atau ruangan. Objek-objek yang menjadi isi layanan dibawah ke dalam kelas (ruangan) dalam bentuk contoh-contoh, ilustrasi melalui gambar, films, tampilan video dan lain sebagainya. Isi layanan disajikan, dipersepsi, di diskusikan, diperlakukan secara bebas dan terbuka.
c.       Format kelompok; secara umum polanya sama dengan format klasikal, yaitu dilakuan secara berkelompok dan terdiri atas sejumlah peserta yang terbatas, misalnya lima sampai delapan orang. Melalui format ini memungkinkan dilakukannya akses yagn lebih intensif terhadap objek layanan. Selain itu, layanan ini juga dapat memanfaatkan dinamika kelompok sehingga hasil layanan dapat lebih optimal.
d.      Format individual; berbeda dengan format kelompok, format ini merupakan format khusus dilakukan terhadap individu-individu tertentu. Isi layanan juga bersifat khusus disesuaikan dengan kebutuhan individu yang bersangkutan.
e.       Format politik; dengan format ini, konselor atau pembimbing berupaya menghubungkan dan mengaktifkan pihak-pihak di luar peserta laynan untuk memberikan dukungan dan fasilitas yang memudahkan pelaksanaaan layanan dan menguntungkan peserta layanan. Pihak-pihak yang dihubungi tentu yang terkait dengan isi layanan.
Oleh karena itu, Muhaimin Akhmad (2013 : 86) mengidentifikasikan masalah-masalah yang dihadapi individu beragam, maka layanan orientasi bisa mengombinasikan format-format di atas. Misalnya format politik dilaksanakan dalam perencanaan dan persiapan layanan dan bahkan juga selama pelaksanaannya. Format lapangan bisa dikombinasikan dengan format klasikal bahkan format kelompok . selain itu, format individual dapat merupakan tindak lanjut dari format layanan klasikal atau format kelompok. Dengan format di atas, layanan orientasi bisa dilaksanakan dengan teknik-teknik :
a.       Penyajian, yaitu melalui ceramah, tanya jawab, dan diskusi.
b.      Pengamatan, yaitu melihat langsung objek-objek yang terkait dengan isi layanan.
c.       Partisipasi, yaitu dengan melibatkan diri secara langsung dalam suasana dan kegiatan, mencoba, dan mengalami sendiri.
d.      Studi dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait
e.       Kontemplasi, yaitu dengan memikirkan dan merenungkan secara mendalam tentang berbagai hal yang menjadi isi layanan. Teknik-teknik tersebut diatas dilakukan oleh konselor, penyaji, nara sumber, dan para peserta layanan sesuai dengan peran masing-masing.

5.      Pelaksanaan layanan orientasi
Muhaimin Akhmad (2013 : 87) Mengelompokan pelaksanaan atau tahap layanan orientasi adalah sebagai berikut :
a.       Perencanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah :
1)      Menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan,
2)      Menetapkan peserta layanan
3)      Menetapkan jenis kegiatan, termasuk format kegiatan
4)      Menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber dan media
5)      Menyiapkan kelengkapan administrasi
b.      Pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :
1)    Mengorganisasikan kegiatan layanan
2)   Mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk implementasi format layanan dan penggunaan media
c.       Evaluasi. Hal-hal yang dilakukan adalah :
1)   Menetapkan materi evaluasi
2)   Menetapkan prosedur evaluasi
3)   Menyusun instrumen evaluasik
4)   Mengaplikasikan instrumen evaluasi
5)   Mengelola hasil aplikasi instrumen
d.      Analisis hasil evaluasi. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1)   Menetapkan standar analisis
2)   Melakukan analisis
3)   Menafsirkan hasil analisis
e.       Tindak lanjut. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1)      Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut
2)      Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak yang terkait
3)      Melaksanakan rencana tindak lanjut
f.       Laporan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1)      Menyusun laporan layanan orientasi
2)      Menyamapikan laporan kepada pihak-pihak terkait (kepala sekolah atau madrasah)
3)      Mendokumentasikan laporan pelayana

B. Layanan Informasi (Information)
1. Makna Layanan Informasi
Layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Layanan informasi  juga bermakna usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan proses perkembangan anak muda. Dalam menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya, individu memerlukan berbagai informasi baik untuk keperluan kehidupannya sehari-hari, sekarang, maupun untuk perencanaan kehidupannya ke depan. Individu bisa mengalami masalah kehidupannya di masa depan, akibat tidak menguasai dan tidak mampu mengakses informasi melalui layanan bimbingan dan konseling individu dibantu memperoleh atau mengakses informasi. Husari Achan (2008 : 22)

2. Tujuan Layanan Informasi         
                                    Layanan informasi bertujuan agar individu (siswa) mengetahui  menguasai informasi yang selanjutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan perkembangan dirinya. Selain itu, apabila merujuk kepada fungsi pemahaman, layanan informasi bertujuan agar individu memahami berbagai informasi dapat seluk beluknya. Penguasaan akan berbagai informasi dapat digunakan untuk mencegah timbulnya masalah, pemecahan suatu masalah, untuk memelihara dan mengembangkan potensi individu serta memungkinkan individu (peserta layanan ) yang bersangkutan membuka diri dalam mengaktualisasikan hak-haknya.
                        Husari Achan (2008 : 23) Mengemukakan layanan informasi juga bertujuan untuk pengembangan kemandirian. Pemahaman dan penguasaan individu terhadap informasi yang diperlukannya akan memungkinkan individu; (a) mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya secara objektif, positif, dan dinamis, (b) mengambil keputusan, (c) mengarahkan diri untuk kegiatan-kegiatan yang berguna sesuai dengan keputusan yang di ambil, dan (d) mengaktualisasikan secara terintegrasi.

3. Isi Layanan Informasi
Jenis-jenis informasi yang menjadi isi layanan ini bervariasi. Demikian juga keluasan dan kedalamnnya.hal itu tergantung kepada kebutuhan para peserta layanan (tergantung kebutuhan siswa). Informasi yang menjadi isi layanan harus mencakup seluruh bidang pelayanan bimbingan dan konseling seperti tersebut di atas yaitu: bidang pengembangan pribadi,bidang pengembangan sosial, bidang pengembangan kegiatan belajar, perencanaan karier, kehidupan berkeluarga,dan kehidupan beragama. Secara lebih rinci, informasi yang menjadi isi layanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah adalah :pertama, informasi tentang perkembangan diri. Kedua, informasi tentang hubungan antarpribadi, sosial, nilai-nilai (valus) dan moral.ketiga, informasi tentang pendidikan , kegiatan belajar, dan ilmu pengetahuan dan teknologi keempat, informasi tentang dunia karier dan ekonomi. Kelima, informasi tentang sosial budaya, politik, dan kewarganegaraan. Keenam, informasi tentang kehidupan berkeluarga . ketujuh, informasi tentang agama dan kehidupan beragama beserta seluk-beluknya. Husari Achan (2008 : 24).

4. Teknik Layanan Informasi
Layanan informasi dapat diselenggarakan secara langsung dan terbuka oleh pembimbing atau konselor kepada seluruh siswa di sekolah dan madrasah. Berbagai teknik dan mediayang bervariasi serta fleksibel dapat digunakan melaluiformat klasikal dan kelompok. Format mana yang akan digunakan tentu tergantung jenis informasi dan karakteristik peserta layanan. Beberapa teknik yang biasa digunakan untuk layanan informasi adalah: Pertama, cemarah, tanya  jawab dan diskusi. Teknik ini paling umum digunakan dalam penyampaian informasi dalam berbagai kegiatan termasuk pelayanan bimbingan dan konseling. Melalui teknikini, para peserta mendengarkan atau menerima ceramah dari pembimbing (konselor), selajutnya diikuti dengan tanya jawab. Untuk pendalamannya dilakukan diskusi. Kedua, melalui media. Penyampaian informasi bisa dilakukan melalui media tertentu seperti alat peraga, media tertulis, media gambar, poster, dan media elektronik seperti radio, tape, recorder, film, televisi, internet, dan lain-lain. Dengan perkataan lain, penyampaian informasi bisa melalui nonelektronik dan elektronik.
Ketiga, acara khusus layanan informasi melalui ini dilakukan berkenaan dengan acara khusus di sekolah atau madrasah: misalnya “ Hari tanpa Asap Rokok”, “Hari Kebersihan Lingkungan Hidup,’’ dan lain sebagainya. Dalam acara hari tersebut, disampaikan berbagai informasi berkaitan dengan hari-hari tersebut dan dilakukan berbagai kegiatan yang terkait yang diikuti oleh sebagian atau oleh seluruh siswa di sekolah atau madrasah di mana kegiatan itu dilaksanakan. Keempat, nara sumber. Layanan Informasi juga bisa diberikan kepada peserta layanan dengan mengundang nara sumber (manusia sumber). Misalnya  informasi tentang obat-obatan terlarang, psikotropika dan narkoba mengundang nara sumber dari Dinas Kesehatan, Kepolisian, dan lain-lain yang terkait. Dengan demikian, informasi tidak menjadi monopoli konselor (pembimbing). Dengan perkataan lain tidak semua informasi diketahui oleh pembimbing, harus di datangkan atau diundang pihak lain yang mengetahui. Pihak-pihak mana yang akan diundang, tentu disesuaikan dengan jenis informasi yang akan diberikan. Husari Achan (2008 : 25)

5. Pelaksanaan Layanan Informasi
Husari Achan (2008 : 26) Mengemukakan pelaksanaan layanan informasi menempuh tahapan-tahapan sebagai berikut: pertama, perencanaan yang mencakup kegiatan (a) identifikasi kebutuhan akan informasi bagi calon peserta layanan: (b) menetapkan materi informasi sebagai isi layanan: (c) menetapkan subjek sasaran layanan: (d) menetapkan nara sumber:  (e) menyiapkan produser, perangkat, dan media layanan: dan (f) menyiapkan kelengkapan admistrasi. Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan : (a) mengorganisasi kegiatan layanan, (b) mengaktifkan peserta layanan, dan (c) mengoptimalkan penggunaan metode dan media. Ketiga , evaluasi yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan materi evaluasi, (b) menetapkan produser evaluasi, (c) menyusun instrumen evaluasi, (d) mengaplikasikan instrumen evaluasi, dan (e) mengolah hasil aplikasi instrumen.
Keempat, analisis hasil evaluasi yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan norma atau standar evaluasi, (b) melakukan analisis, dan (c) menafsirkan hasil analisis. Kelima, tindak lanjut yang mencakup kegaiatan: (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, (b) mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait, dan (c) melaksanakan rencana tidak lanjut. Keenam, pelaporan yang mencakup kegiatan: (a) menyusun laporan layanan informasi, (b) menyampaikan laporan kepada pihak terkait (kepala sekolah atau madrash), dan (c) mendokumentasikan laporan.

C. Layanan Penempatan Dan Penyaluran
1.  Makna Layanan Penempatan Dan Penyaluran
Layanan penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih disekolah dan madrasah dan sesudah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu. Individu dalam proses perkembangannya sering dihadapkan pada kondisi yang di satu sisi serasi atau (kondusif) mendudkung perkembangannya dan disisi lain kurang serasi atau kurang mendukung (mismatch). Kondisi  mismatch berpotensi menimbulkan masalah pada individu (siswa). Oleh sebab itu, layanan penempatan dan penyaluran diupayakan untuk membantu individu yang mengalami mismatch. Layanan ini berusaha minimalisasi kondisi mismatch yang terjadi pada individu sehingga individu dapat mengembangkan diri secara optimal. Tohirin (2008 : 91)

2. Tujuan layanan penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran bertujuan supaya siswa bisa menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan nona akademik yang menunjang perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana masa depan. Dengan perkataan lain, layanan penempatan dan penyaluran bertujuan agar siswa memperoleh tempat yang sesuai untuk pengembangan potensi dirinya. Tempat yang dimaksud adalah lingkungan baik fisik maupun psikis atau lingkungan sosial emosional termasuk lingkungan budaya yang secara  langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan siswa. Merujuk kepada fungsi-fungsi bimbingan dan konseling, yang mencerminkan tujuan secara lebih khusus, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut: pertama, fungsi pemahaman. Merujuk kepada fungsi ini, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah agar siswa memahami potensi dan kondisi dirinya sendiri serta kondisi lingkungannya.Kedua, fungsi pencegahan.merujuk kepada fungsi ini, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mencegah semakin perahnya masalah, hambatan, dan kerugian yang dialami individu (siswa). Atau mencegah berlarut-larutnya masalah yang  dialami individu.
Ketiga, fungsi pengentasan. Merujuk kepada fungsi ini, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengangkat individu dari kondisi yang tidak baik kepada kondisi yang lebih baik. Fungsi  ini berkaitan dengan fungsi pencegahan di mana layanan ini berupaya mengatasi masalah siswa dengan menempatkannya pada kondisi yang sesuai (kondusif) dengan kebutuhannya. Apabila upaya ini berhasil, maka fungsi pencegahan akan terangkatkan. Keempat, fungsi pengembangan dan pemeliharaan. Merujuk kepada fungsi ini, maka tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengembangkan potensi-potensi individu dan memeliharanya dari hal-hal yang dapat menghambat dan merugikan perkembangannya. Dan seterusnya sesuai dengan fungsi-fungsi yang telah dikemukakan pada bab terdahulu. Tohirin (2008 : 92)

3. Isi layanan penempatan dan penyaluran
Tohirin (2008 : 93) Menjelaskan bahwa isi layanan penempatan dan penyaluran meliputi dua sisi, yaitu sisi potensi diri siswa itu sendiri dan sisi lingkungan siswa. Pertama, sisi potensi  diri siswa sendiri, mencakup: (a) potensi intelegensi, bakat, minat, dan kecenderungan-kecenderungan pribadi, (b) kondisi psikofisik seperti terlalu banyak bergerak (hiper aktif), cepat lelah, alergi terhadap kondisi lingkungan tertentu, (c) kemampuan berkomunikasi dan kondisi hubungan sosial, (d) kemampuan pancaindra, dan (e) kondisi fisik seperti jenis kelamin, ukuran badan, dan keadaan jasmaniah lainnya.kedua , kondisi lingkungan: mencakup : (a) kondisi fisik, kelengkapan dan tata letak suasana kerja dan cara-cara bertingkah laku, dan (e) kondisi statis seperti aturan-aturan dan pembatasan-pembatasan.

4. Teknik layanan penempatan dan penyaluran
Beberapa hal yang perlu dilakukan pembimbing atau konselor sebelum melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran adalah:  (a) mengkaji potensi dan kondisi diri subjek layanan (siswa), (b) mengkaji kondisi lingkungan dari lingkungan yang paling dekat dan mengacu kepada permaslahan subjek  layanan, (c) mengkaji kesesuaian antara potensi dan kondisi diri siswa dengan kondisi lingkungannya serta mengidentifikasi permasalahan yang secara dinamis berkembang pada diri siswa, (d) mengkaji kondisi dan prospek lingkungan lain yang mungkin ditempati, (e) menempatkan subjek ke lingkungan baru. Guna mengkaji potensi dan kondisi diri subjek seperti disebutkan di atas, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: pertama, studi dokumentasi terhadap hasil-hasil aplikasi instrumentasi dan himpunan data, kedua, observasi terhadap kondisi jasmaniah, kemampuan berkomunikasi , dan tingkah laku siswa, suasana hubungan sosioemosional siswa dengan siswa lainnya, dan kondisi  fisik lingkungan . ketiga studi terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang diberlakukan. Keempat studi kondisi lingkungan yang prospektif dan kondusif bagi perkembangan siswa. Keima wawancara dengan pihak-pihak yang terkait.
Wujud kegiatan layanan penempatan dan penyaluran adalah: pertama, penempatan duduk siswa di dalam kelas. Kedua penempatan siswa dalam kelompok belajar. Ketiga, penempatan dan penyaluran siswa dalam kelompok kegiatan bakat dan minat khusus atau ekstrakurikuler. Keempat penempatan dan penyaluran siswa pada posisi tertentu dalam organisasi kesiswaan atau organisasi lainnya di lingkungan sekolah atau madrasah. Kelima pemindahan siswa ke sekolah atau lembaga pendidikan yang lebih sesuai dengan pilihannya. Ketujuh, pemindahan asrama bagi siswa yang kost, dan kedelepan, pemindahan temapt tinggal, dan lain sebagainya. Tohirin (2008 : 94)

5. Pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran
Tohirin (2008 : 95) Menjelaskan bahwa prosedur dan langkah-langkah layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut: pertama perencanakan yang mencakup: (a) identifikasi kondisi yang menunjukkan adanya permasalahan pada diri siswa tertentu (b) menentapkan siswa yang akan menjadi sasaran layanan (c) menyiapkan prosedur, langkah-langkah dan perangkat serta fasilitas layanan dan (d) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua pelaksanaan yang mencakup (a) melakukan analisis terhadap berbagai kondisi yang terkait dengan permasalahan siswa sesuai prosedur dan langkah-langkah yang telah ditetapkan, (b) melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran. Ketiga , evaluasi yang mencakup: (a) menetapkan materi evaluasi, (b) menetapkan prosedur  evaluasi, (c) menyusun instrumen evaluasi , (d) mengaplikasikan instrumen evaluasi, dan (e) mengolah hasil aplikasi instrumentasi. Keempat, analisis hasil evaluasi yang mencakup: (a) menetapkan standar evaluasi, (b) melakukan analisis, dan (c) menafsirkan hasil analisis.
Kelima, tidak lanjut mencakup; (a) mengidentifikasi masalah yang perlu ditindak lanjut, (b) menetapkan jenis dan arah tidak lanjut, (c) mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak lain yang terkait apabila diperlukan, dan (d) melaksanakan rencana tidak lanjut. Keeman laporan yang mencakup: (a) menyusun laporan layanan penempatan dan penyaluran . (b) menyampaikanlaporan kepada pihak terkait (kepala sekolah atau madrasah) sebagai penanggung jawab utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah, dan (c) mendokumentasikan laporan.

D. Layanan Penguasaan Konten
1. Makna Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada individu (siswa) baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melaui kegiatan belajar. Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari merupakan unit konten yang di dalamnya terkandung fakta dan data,konsep,proses,hukum dan aturan, nilai, persepsi, afeksi,sikap,dan tindakan .dengan penguasaan konten, individu (siswa) diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Oleh sebab itu, layanan konten juga bermakna suatu bantuan kepada individu (siswa) agar menguasai aspek-aspek konten tersebut di atas secara terintegrasi. Dalam perkembangan dan kehidupannya , setiap siswa perlu menguasai berbagai kemampuan dan kompetensi. Dengan kemampuan atau kompetensi itulah siswa hidup dan berkembang. Umumnya kemampuan dan kompetensi tertentu harus dipelajari . dengan perkataan lain kepemilikan kemampuan dan kompetensi tertentu oleh siswa harus melalui prose belajar. Dalam rangka ini, sekolah dan madrasah harus bisa memenuhi kebutuhan belajar siswa. Salahudin Anas (2010 : 51)

2. Tujuan layanan penguasaan konten
Di dalam makna di atas, secara implisit telah ditegaskan tujuan layanan konten, yaitu agar siswa menguasai aspek –aspek konten (kemampuan atau kompetensi ) tertentu secara terintegrasi.dengan penguasaan konten (kemampuan atau kompetensi) oleh siswa, akan berguna untuk menambah wawasan dan pemahaman , mengarakhkan penilaian dam sikap. Menguasai cra-cara tertentu, dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah –masalahnya. Tujuan layanan konten secara lebih khusus dapat dijabarkan sesuai fungsi-fungsi bimbing dan konseling. Pertama, merujuk kepada fungsi pemahaman , layanan konten bertujuan adalah agar siswa memahami berbagai konten bertujuan adalah agar siswa memahami berbagai konten tertentu ynag mencakup fakta-fakta, konsep, prose, hukum dan aturan, nilai-nilai, persepsi, afeksi, sikap dan tindakan.
Kedua , merujuk kepada fungsi pencegahan , layanan konten bertujuan untuk membantu individu agar tercegah dari masalah masalah tertentu terlebih apabila kontennya terarah kepada terhindirkan individu atau klien dari mengalami tertentu. Ketiga merujuk kepada fungsi pengentasan,layanan penguasaan konten bertujuan untuk mengentaskan atau mengatasi masalah yang sedang dialami oleh siswa. Keempat merujuk kepada fungsi pengembangan dan pemeliharaan, tujuan layanan penguasaan konten adalah untuk mengembangkan potensi didri individu(siswa) sekaligus memelihara potensi –pontensi yang telah berkembang pada diri siswa dan seterusnya sesuai fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah disebutkan di muka. Salahudin Anas (2010 : 52)

3. Isi Layanan Penguasaan Konten
Salahudin Anas (2010 : 53)  Menjelaskan bahwa konten yang merupakan isi layanan ini dapat merupakan satu unit materi yang menjadi pokok bahasa atau materi latihan yang dikembangkan oleh pembimbing atau konselor dan diikuti oleh sejumlah siswa. Isi layanan penguasaan konten dapat mencakup :
a.       Pengembangan kehiduapan pribadi
b.      Pengembangan kemampuan hubungan sosial
c.       Pengembangan kegiatan belajar
d.      Pengembangan dan perencanaan karier
e.       Pengembangan kehidupan berkeluarga
f.       Mengembangan kehidupan beragama
4. Teknik Layanan Penguasaan Konten
            Salahudin Anas (2010 : 54) Mengemukakan bahwa layanan penguasaan konten umumnya diselenggarakan secara langsung ( bersifat direktif) dan tatap muka melalui foramt klasikal, kelompok, atau individual. Pembimbing atau konselor secara aktif menyajikan bahan, memberi contoh, merangsang (memotivasi), mendorong dan menggerakkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif mengikuti materi dan kegiatan layanan. Teknik di atas harus pula didukung oleh dua hal :
a.       Pertama,  melakukan sentuhan-sentuhan tingkat tinggi yang menyangkut aspek-aspek kepribadian dan kemanusiaan siswa terutama aspek-aspek efektif, semangat, nilai-nilai dan moral. Untuk itu, pembimbing atau konselor haru sbisa mewujudkan kewibawaannya yang didasarkan pada kualitas kepribadian, pemberian penguatan dan tindakan tegas yang mendidik
b.      Kedua, pemanfaatan teknologi tinggi guna menjamin kualitas penguasaan konten. Kualitas penguasaan konten hanya bisa diwujudkan melalui penyajian materi pembelajaran yang berkualiatas, penggunaan atau penerapan metode pembelajaran yang tepa t, penggunaan alat bantu yang berkualitas, peniptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif, dan penilain hasil pembelajaran yang tepat.
5.Pelaksanaan layanan penguasaan konten
Salahudin Anas (2010 : 55) Menjelaskan sebagaimana layanan yang lain, pelaksanaan layanan penguasaan konten juga melalui tahap-tahap sebagai berikut: pertama, perencanaan yang mencakup: (a) menetapkan subjek siswa yang akan dilayani (menjadi peserta layanan), (b) menetapkan dan menyiapkan konten yang akan dipelajari secara rinci, (c) menetapkan proses dan langkah –langkah layanan (d) menetapkan dan menyiapkan fasilitaas dan layanan, termasuk media dengan perangkat keras dan lunaknya, dan (e) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan yang mencakup: (a) melaksanakan kegiatan layanan melalui pengorganisasian proses pembelajaran penguasaan konten. (b) mengimplementasikan high touch dan high tech dalam proses pembelajaran. Ketiga evaluasi yang mencakup kegiatan : (a) menetapkan materi evaluasi (b) menetapkan prosedur evaluasi , (c) menyusun instrumen evaluasi, (d) mengaplikasikan instrumen evaluasi dan (e)        mengolah hasil aplikasi instrumen . evaluasi atau penilaian terhadap layanan penguasaan konten dengan tahapan kegiatan di atas: dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu: (c) evaluasi atau penilaian jangka panjang  yang dilaksanakan . waktunya relatif, tergantung luas dan sempitnya program layanan.
Kelima , analisis hasil evaluasi yang mencakup: (a) menetapkan  standar  evaluasi (b) melakukan analisis dan (c) menafsirkan hasil evaluasi.  Keenam , tindak lanjut yang mencakup: (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, (b) mengomunikasikan rencana tidak lanjut kepada siswa dan pihak-pihak lain yang berkait, dan (c) melaksanakan rencana tidak lanjut. Ketujuh, laporan yang mencakup  (a) menyusun laporan pelaksanaan layanan penguasaan konten, (b) menyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait (khususnya kepala sekolah atau madrasah) sebagai penanggung jawab utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah, dan (c) mendokumentasikan laporan layanan.

E. Layanan Konseling Perorangan
1. Makna layanan konseling perorangan
Layanan konseling perorangan bermakna layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang pembimbing (konselor) terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien. Konseling perorangan berlangsung dalam suasana komunikasi atau tatap muka secara langsung antara konselor dengan klien . pembahasan masalah dalam konseling perorangan bersifat holistik dan mendalam serta menyentuh hal-hal penting tentang diri klien (sangat mungkin menyetuh rahasia pribadi klien), tetapi juga bersifat spesifik menuju ke arah pemecahan masalah. Melalui konseling perorangan, klien akan memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya, serta kemungkinan upaya untuk mengatatasi masalah. Daryanto dan Farid (2013: 145)

2. Tujuan layanan konseling perorangan
Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar klien memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga klien mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain, konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami klien. Secara lebih khusus, tujuan layanan konseling perorangan adalah merujuk kepada fungsi-fungsi bimbingan dan konseling sebagaimana telah dikemukakan di muka. Pertama, merujuk kepada fungsi pemahaman , maka tujuan layanan konseling adalah agar klien memahami seluk-beluk yang dialami secara mendalam dan komprehensif, positif, dan dinamis. Kedua, merujuk kepada pengentasan, maka layanan konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan klien dari masalah yang dihadapinya. Ketiga, dilihat dari fungsi pengembangan dan pemeliharaan, tujuan layanan konseling perorangan adalah untuk mengembangkan potensi-potensi individu dan memelihara unsur-unsur positif yang ada pada diri  klien. Dan seterusnya sesuai dengan fungsi-funngsi bimbingan dan konseling di atas. Daryanto dan Farid (2013 : 146)

3. Isi layanan konseling perorangan
Beerbeda dengan layanan-layanan lain seperti disebutkan di atas, isi layanan konseling perorangan tidak ditentukan oleh konselor (pembimbing) sebelum proses konseling dilaksanakan. Dengan perkataan lain, masalah yang dibicarakan dalam konseling perorangan tidak ditetapkan oleh konselor sebelum proses konseling dilaksanakan. Persoalan atau masalah sesungguhnya baru dapat diketahui setelah dilakukan identifikasimelalui proses konseling. Setelah dilakukan identifikasi baru ditetapkan masalah mana yang akan dibicarakan dan dicarikan alternatif pemecahannya melalui proses konseling dengan berpegang pada prinsip skala perioritas pemecahan masalah. Masalah yang akan dibicarakan (yang menjadi isi layanan konseling perorangan) sebaiknya ditentukan oleh peserta layanan (siswa) sendiri dengan mendapat pertimbangan dari konselor.
Masalah-masalah yang bisa dijadikan isi layanan konseling perorangan mencakup : (a) masalah-masalah yang berkenaan dengan bidang pembangan pribadi, (b) bidang pengembangan sosial (c) bidang pengembangan penddikan atau kegiatan belajar (d) bidang pengembangan karier, (e) bidang pengembangan kehidupan berkeluerga, dan (f) bidang pengembangan kehidupan beragama. Semua bidang-bidang di atas bisa dijabarkan ke dalam bidang –bidang yang lebih spesifik untuk dijadkan isi layanan konseling perorangan. Dengan perkataa lain, pembahasan masalah dalam konseling perorangan bersifat meluasn meliputi berbagai sisi yang menyangkut maslah klien (siswa) namun juga bersifat spesifik menuju ke arah pengentasan masalah . misalnya masalah yang berkenaan dengan bidang pembangan pendidikan atau kegiatan belajar, bisa menyakut tentang kesulitan belajar, siakp, dan perilaku belajar, presentasi rendah, dan lain sebagainya. Daryanto dan Farid (2013 : 147)

4. Teknik layanan konseling perorangan
Implementasi teknik layanan konseling perorangan bisa merujuk kepada tekink-teknik layanan konseling secara umum (akan dibahas dalam bab tersendiri ). Konseling yang efektif bisa diwujudkan melalui penerapan berbagai teknik secara tepat (high touch) terlebih apabila didukung oleh teknik-teknik yang bernuasa high tech. Melalui perpaduan tekinik tersebut, konselor (pembimbing ) dapat diwujudkan konseling yang efektif sehingga dapat pula mengembangkan dan membina klien (siswa) agar memiliki kompetensi yang berguna bagi mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Selain itu untuk dapat mengembangkan proses layanan konseling perorangan secara efektif untuk mencapai tujuan layanan. Juga perlu diterapkan teknik-teknik sebagai berikut: pertama, kontak mata . kedua kontak psikologis . ketiga ajakan berbicara. Keempat penerapan tiga M (mendengar dengan cermat, memahami secara tepat, dan merespons secara tepat dan positif). Kelima keruntutan . keenam pertanyaan terbuka. Ketujuh dorongan minimal. Delapan refleksi isi . kesembilan penyimpulan kesepuluh, penafsiran. Kesebelas konfontasi. Keduabelas ajakan untuk memikirkan sesuatu yang lain. Ketigabelas peneguhan hasrat . keempatbelas penfrustasian klien. Kelimabelas strategi tidak memanfaatkan klien.keenambelas suasana diam. Daryanto dan Farid (2013 : 148)
Ketujuhbelas transferensi dan kontra transferensi, kedeiapanbelas, teknik eksperiensial. Kesembilanbelas interpretasi pengalaman masa lampau. Keduapuluh, asosiasi bebas. Keduapuluh satu, sentuhan jasmaniah. Keduapuluh dua, penialain, keduapuluh tiga, pelaporan. Teknik-teknik di atas diterapkan secara eklektik, dalam arti tidak harus berurutan di mana yang satu mendahulu yang lainnya, melainkan dipilih dan terpadumengacu kepada kebutuhan proses konseling.

5. Pelaksanan Layanan Konseling Perorangan
Daryanto dan Farid (2013 : 148) Menjelaskan bahwa seperti halnya layanan-layanan yang lain, pelaksanan layanan konseling perorangan, juga menempuh beberapa tahapan kegiatn, yaitu perencanaan, pelaksanaan evaluasi, analisis hasil evalusi, tindak lanjut, dan laporan. Pertama, perencanaan yang meliputi kegiatan: (a) mengidentifikasi klien, (b) mengatur pertemuan, (c) mempersiapkan tempat dan perangat teknis penyeleggaraan pelayanan, (d) menetapkan fasilitas layanan, (e) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan yang meliputi kegiatan: (a) menerima klien, (b) menyelenggara-kan penstrukturan, (c) membahas masalah klien dengan menggunakan teknik-teknik, (d) mendorong pengentasan masalah klien (bisa digunakan teknik-teknik khusus) (e) memantapkan komitmen klien dalam pengentasan masalahnya, (f) melakukan penilaian segera. Ketiga, melakukan evaluasi jangka pendek.     
Keempat, menganalisis hasil evaluasi (menafsirkan hasil konseling perorangan yang telah dilaksanakan). Kelima, tindak lanjut meliputi kegiatan (a) menetapkan jenis arah tindak lanjut, (b)mengomunikasikan rencana  tindak lanjut  kepada  pihak-pihak  terkait dan (c) melaksanakan rencana tindak lanjut. Keenam, laporan yang meliputi kegiatan: (a) menyusun laporan layanan konseling perorangan, (b) menyampaikan laporan kepada sekolah atau madrasah dan pihak lain terkait, dan (c) mendokumentasikan lapran.

F. Layanan Bimbingan Kelompok
1. Makna Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupaka suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas, dan dinamika kelompok harus diwijudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan. Dalam layanan bimbingan kelompok dibahas topik-topik umunm yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok. Masalah yang menjadi topik pembicaraan dalam layanan bimbingan kelompok, dibahas melalui suasana dinamika kelompok secara intens dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan pemimpin kelompok (pembimbing atau konselor). Dalam layananan bimbingan kelompok harus dipimpin oleh pemimpin kelompok. Pemimpin Kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwewenang menyelenggarakan praktik pelayanan bimbingan dan konseling.
Muhaimin Akhmad (2013 : 88) Menjelaskan mengenai tugas utama pemimpin kelompok adalah :pertama, membentuk kelompok sehingga terpenuhi syarat-syaratkelompok yang mampu secara aktf mengembangkan dinamika kelompok, yaitu: (a) terjadinya hubungan anggota kelompok menuju keakraban di antara mereka (b) tumbuhnya tujuan bersama di antara kelompok dalam suasana kebersamaan, (c) berkembangannya itikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok, (d) terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok, sehingga mereka masing-masing mampu berbicara, (e) terbinanya kemandirian kelompok, sehingga kelompok berusaha dan mampu tampil beda dari kelompok lain. Kedua, memimpin kelompok yang bernuasan layanan konseling melalui konseling melalui bahasa konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling.

Ketiga, melakukakan penstrukturan, yaitu membahas bersama angota kelompoktentang apa, mengapa, dan bagaimana layanan konselimg kelompok dilaksanakan. Keempat, melakukan pentahapan. kegiatan konseling kelompok. Kelima, memberikan penilaian segera hasil layanan konseling kelompok. Keenam, melakukan tindak lanjut. Untuk menunjang kemampuannya menjalankan tugas seperti tersebut diatas , pembimbing Atau  konselor dituntut untuk pertama, mampu membentuk kelompok dan mengarahkannnya sehingga terwujud dinamika kelompok dala, suasana interaksi antara anggota kelompok yang bebas, terbuka, demokratis, konstruktif, saling mendukungan meringankan beban,menjelaskan, memberikan pencerahan, emberika rasa nyaman, menggembirakan dan membahagiakan, serta mencapai tujuan bersama kelompok. Memiliki wawasan yang luas dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani, meningkatkan, memperluas, dan mensinergikan konten yang tumbuh dalam aktivitas kelompok. Konten bahasan merupakan isi atau materi yang dibahas dalam sesi layanan bimbingan kelompok yang mencakup fakta atau data, konsep,proses,hukum dan aturan, nilai,persepsi,afeksi,serta sikap dan tindakan baik langsung maupun tidak langsung. Ketiga, memiliki kemampuan berinteraksi (hubungan) antara personal yang hangat dan nyaman, sabar dan memberi kesempatan, demokrasi dan kompromistik (tidak antagonistik) dalam mengambil kesimpulan, dan keputusan, tidak memaksanakan dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura disiplin dan kerja keras.
2. Tujuan layanan bimbingan kelompok   
Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya pengembangan kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa). Secara lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi,wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal para siswa. Muhaimin Akhmad (2013 : 89)

3. Isi layanan bimbingan kelompok
Layanan bimbingan kelompok membahas materi atau topik-topik umum baik topik bebas. Yang dimaksud topik tugas adalah topik atau pokok bahasan yang diberikan oleh pembimbingan (pemimpinan kelompok) kepada kelompok untuk dibahas. Sedangkan topik bebas adalah suatu topik atau pokok pembahasan yang dikemukakan anggota kelompok mengemukakan topik secara bebas, selajutnya dipilih mana yang akan dibahas terlebih dahulu dan seterusnya. Topik-topik yang dibahas dalam layanan bimbingan kelompok baik topik bebas maupun topik tugas dapat mencakup bidang-bidang pengembangan kepribadian, hubungan sosial,pendidikan, karier,kehidupan berkeluarga, kehidupan beragama, dan lain sebagainya. Topik pembahasan bidang-bidang di atas dapat diperluas ke dalam sub-subbidang yang relevan. Misalnya pengembangan bidang pendidikan dapat mencakup masalah cara belajar, kesulitan belajar, gagal ujian, dan lain sebagainya. Muhaimin Akhmad (2013 : 90)

4. Teknik layanan bimbingan kelompok
Ada beberapa teknik yang bisa diterapkan dalam layanan bimbingan kelompok, yaitu teknik umum dan permainan kelompok. Pertama teknik umum dalam teknik ini, dilakukan pengembangan dinamika kelompok. Secara garis besar, teknik-teknik ini meliputi: (a) komunikasi multi arah secara efektif dinamis dan terbuka, (b) pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan,diskusi, analisis, dan pengembangan argumentasi, dan pembahasan, (c) dorongan minimal untuk memantapkan respons dan aktivitas anggota kelompok, (d) penjelasan pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan respons dan aktivitas anggota kelompok, (e) pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki. Teknik-teknik di atas diawali dengan teknik penstrukturan guna memberikan penjelasan dan pengarahan pendahuluan tentang layanan bimbingan kelompok. Selajutnya, bisa juga dilakukan kegiatan selingan berupa permainan dan lain sebagainya untuk memperkuat jiwa kelompok, memantapkan pembahasan, dan atau relaksasi. Sebagai penutup, diterapkan teknik pengakhiran atau melaksanakan kegiatan pengakhiran. Muhaimin Akhmad (2013 : 91)
Kedua, permainan kelompok, permainan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok baik sebagai selingan maupun sebagai wahana yang memuat materi pembinaan atau materi layanan tertentu. Permainan kelompok yang efektif dan dapat dijadikan sebagai teknik dalam layanan bimbingan kelompok harus memenuhi ciri-ciri sebagi berikut: (a) sederhana, (b) menggembirakan, (c) menimbulkan suasana rilek dan tidak melelahkan, (d) meningkatkan keakraban , dan (e) diikuti oleh anggota kelompok. Konselor atau anggota kelompok dapat secara kreatif mengembangkan bentuk-bentuk dan jenis permainan tertentu yang relevan dengan materi bahasan layanan bimbingan kelompok.

5. Pelaksanan layanan bimbingan konseling
Muhaimin Akhmad (2013 : 92) Mengemukakan layanan bimbingan kelompok menepuh tahap-tahap kegiatan sebagai berikut: (a) mengidentifikasi topik yang akan dibahas dalam layanan bimbingan kelompok, (b) membentuk kelompo. Kelompok yang terlalu kecil (misalnya hanya 2-3 orang saja) tidak efektif untuk layanan bimbingan kelompok karena kedalaman dan bervariasi pembahasan menjadi berkurang dan dampak layanan juga menjadi terbatas. Sebaiknya kelompok yang terlalu besar pun tidak efektif, karena akan mengurangi tingkat partisipasi aktif individual dalam kelompok. Kelompok juga kurang efektif apabila jumlah anggotanya melebihi 10 orang. Kelompok yang ideal jumlah anggota antara 8-10 orang , (c) menyusun jadwal kegiatan, (d) menentapkan prosedur layanan, (e) menetapkan fasilitas layanan, (f) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan: (a) mengkomunikasikan rencana layanan bimbingan kelompok, (b) mengorganisasikan kegiatan layanan bimbingan kelompok, (c) menyelenggaran layanan bimbingan kelompok melalui tahap-tahap: (1) pembentukan, (2) peralihan (3) kegiatan dan, (4) pengakhiran. Ketiga, evaluasi yang mencakup kegiatan (a) menetapkan materi evaluasi (apa yang akan dievaluasi), (b) menetapkan produser dan standar evaluasi, (c) menyusun instrumen evaluasi, (d) mengoptimalisasikan instrumen evaluasi, (d) mengolah hasil aplikasi instrumen.
Keempat, analisis hasil evaluasi yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan norma atau standar analisis, (b) melakukan analisis, dan (c) menafsirkan hasil analisis. Kelima, tindak lanjut yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, (b) mengomunikasikan rencana tidak lanjut kepada pihak-pihak yang terkait, (c) melaksanakan rencana tidak lanjut. Keenam, laporan yang mencakup kegiatan: (a) menyusun laporan. (b) menyampaikan laporan kepada kepala sekolah atau madrasah dan pihak-pihak lain yang terkait. (c) mendokumentasikan laporan layanan.

G. layanan Konseling Kelompok
1. makna layanan konseling kelompok
        Husari Achan (2008 : 27) Menjelaskan bahwa layanan konseling kelompok mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi peserta layanan. Dalam konseling kelompok dibahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Masalah pribadi dibahas melalui seasana dinamika kelompok yang interns dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan pemimpin kelompok (pembimbing atau konselor). Berdasarkan deskripsi diatas, layanan konseling kelompok dapat dimaknai sebagai suatu upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok malalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. Dengan perkataan lain, konseling kelompok juga bisa dinamaknai sebagai suatu upaya pemberian bantuan kepada individu (siswa) yang mengalami masalah-masalah pribadi melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. Didalam layanan konseling kelompok, dinamika kelompok harus dapat dikembangakan secara baik, sehingga mendukung pencapaian tujuan pelayanan secara efektif. Sebagaimana hanya bimbingan kelompok, konseling kelompok harus dipimpin oleh seorang pembimbing (konselor) terlatih Dan berwewenang menyelenggarakan praktek konseling profesional. Dalam konseling kelompok,tugas pimpinan kelompok adalah :
a.         Pertama, Membentuk kelompok yang terdiri atas 8 – 10 orang, sehingga terpenuhi syarat-syarat kelopok yang mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok, yaitu (a) terjadinya hubungan antara anggota kelompok menuju keakraban diantara mereka, (b) tumbuhnya tujuan bersama diantara anggota kelompok dalam susunan keakraban, (c) berkembangnya itikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok, (d) terbinanya kemandirian pada setiap anggota kelompok, sehingga mereka masing-masing mampu berbicara, (e) terbina kemandirian kelompok sehingga kelompok berusa dan mampu tampil beda dari kelompok lainnya.
b.         Kedua, Memimpin kelompok yang bernuansa layanan konseling melalui bahasa konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling. Pemimpin kelompok dituntut untuk menghidupkan dinamika kelompok diantara semua peserta secara intensif yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus layanan konseling kelompok
c.         Ketiga, melakukan penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok  tentang apa, mengapa dan bagaimana layanan konseling kelompok dilaksanakan.
d.         Keempat, melakukan pentahapan kegiatan konseling kelompok.
e.          Kelima, memberikan penilaian segera hasil layanan konseling kelompok.
f.          Keenam, melakukan tindak lanjut layanan konseling kelompok.
Husari Achan (2008 : 27). Menjelaskan untuk dapat menjalankan tugas dan kewajiban profesional secara baik seperti tersebut diatas, seorang pemimpin kelompok dalam layanan konseling kelompok harus mampu :
a.       Pertama, membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi dinamika kelompok dalam suasana interaksi antara anggota kelompok yang bebas, terbuka dan demokratis, konstruktif, saling mendukung dan meringankan beban, menjelaskan, memberikan pencerahan, memberikan rasa nyaman, menggembirakan serta mencapai jutuan bersama kelompok.
b.      Kedua, berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani, meningkatkan, memperluas dan mensinergikan konten bahasa yang tumbuh dalam kativitas kelompok
c.       Ketiga, memiliki kemampuan hubungan antara personal yang hangat dan nyaman, sabat dan memberi kesempatan, demokratis dan kompromistik atau tidak antagonistik dalam mengambil kesimpulan dan keputusan, tanpa memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura disiplin dan kerja keras.
2. Tujuan Layanan Konseling
                 Husari Achan (2008 : 28). Menjelaskan bahwa Secara umum tujuan layanan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya. Melalui layanan konseling kelompok hal-hal dapat menghambar atau mengganggu sosialisasi dan komunikasi siswa diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi siswa berkembang secara optimal. Melalui layanan konseling kelompok juga dapat dientaskan masalah klien (siswa) dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Selanjutnya secara khusus, oleh karena folus layanan konseling kelompok adalah masalah pribadi individu peserta layanan, maka layanan konseling kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut, para peserta memperoleh dua tujuan sekaligus yaitu :
a.              Pertama, terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi.
b.             Kedua, terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain yang menjadi peserta layanan.
3. Isi Layanan Konseling Kelompok
                        Layanan konseling kelompok membahas masalah masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan masalah pribadinya secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan dibahas dan dientaskan terlebih dahulu dan seterusnya. Husari Achan (2008 : 29).

4. Teknik Layanan Konseling Kelompok
                        Husari Achan (2008 : 30). Menjelaskan secara umum teknik-teknik yang diterapkan dalam layanan bimbingan kelompok bisa diterapkan dalam layanan konseling kelompok. Beberapa teknik yang bisa digunakan dalam layanan konseling kelompok adalah :
a.       Pertama, teknik umum (pengembangan dinamika kelodmpok). Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan konseling kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok untuk mencapai tujuan layanan. Adapun teknik-teknik tersebut secara garis besar meliputi :
a)      Komunikasi multiarah secara efektif dinamis dan terbuka
b)      Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis dan pengembangan argumentasi
c)      Dorongan minimal untuk memantapkan respons aktivitas anggota kelompok
d)     Penjelasan, pendalaman dan pemberian contoh untuk lebiih memantapkan analisis, argmentasi dan pembahasan.
e)      Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki.
Sebagaimana halnya layanan bimbingan kelompok, implementasi teknik-teknik di atas juga diawali dengan penstrukturan untuk memberikan penjelasan dan pengarahan pendahuluan tentang layanan konseling kelompok. Selain itu, berbagai kegiatan selingan ataupun permainan daapt diselenggarakan untuk memperkuat jiwa kelompok, memanrapkan pembahasan, atau relaksasi. Sebagai penutup, kegaitan pengakhiran (teknik Mengakhiri) daapt dilaksanakan.
b.      Kedua, teknik permainan kelompok. Dalam layanan konseling kelompok dapat ditetapkan teknik permainan baik sebagai selingan maupun sebagai wahana (media) yang memuat materi pembinaan tertentu. Permainan kelompok yang efektif harus memenuhi ciri-ciri sebgai berikut :
a)      Sederhana
b)      Mengembirakan
c)      Menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan
d)     Meninggalkan keakraban pembimbing harus memilih jenis-jenis permainan yang relevan dengan materi pembahasan dalam kegiatan layanan.
5.Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok
            Husari Achan (2008 : 31). Mengemukakan Sebagaimana layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok juga menempuh tahap-tahap sebagai berikut : perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut dan laporan.
1)        Pertama, Perencanaan yang mencangkup kegiatan :
a.       Membentuk kelompok. Ketentuan membentuk kelompok sama dengan bimbimbingan kelompok. Jumlah anggota kelompok dalam konseling kelompok antara 8-10 orang (tidak boleh melebihi 10 orang)
b.      Mengidentifikasi dan menyakinkan klien (siswa) tentang perlunya masalah dibawa ke dalam layanan  konseling kelompok
c.       Menempatkan klien dalam kelompok
d.      Menyusun jadwal kegiatan
e.       Menetapkan prosedur layanan
f.       Menetapkan fasilitas layanan
g.      Menyiapkan kelengkapan administrasi

2)             Kedua, pelaksanaan yang mencangkup kegiatan :
a.       Mengomunikasikan rencana laynan konseling kelompok
b.      Mengorganisasikan kegiatan layanan konseling kelompok
c.       Menyelenggarakan layanan konseling kelompok melalui tahap-tahap :
-          Membentukan
-          Peralihan
-          Kegiatan
-          Pengakhiran

3)             Ketiga, Evaluasi yang mencangkup kegiatan :
a.       Menetapkan materi evaluasi
b.      Menetapkan prosedur evaluasi
c.       Menyusun instrumen evaluasi
d.      Mengoptimalisasikan instrumen evaluasi
e.       Mengelola hasil aprikasi intrumen

4)             Keempat analiasis hasil evaluasi yang mencakup kegiatan :
a.       Menetapakan norma dan standar analisis
b.      Melakukan analisis
c.       Menafsirakan hasil analisis
,
5)                 Kelima, tindak lanjut yang mencakup kegiatan :
a.       Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut
b.      Mengomunikasikan acara tindak lanjut kepada pihak-pihak yang terkait
c.       Melaksanakan rencana tindak lanjut

6)             Keenam, laporan mencakup kegiatan :
a.       Menyusun laporan layanan konseling kelompok
b.      Menyampaikan laporan kelompok
c.       Mengomunikasikan laporan layanan

H. Layanan Konsultasi
                1. Makna Layanan Konsultasi
                        Layanan konseultasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor (pembimbing) terhadap seorang pelanggan (konsulti) yang memungkinkannya memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi atau permasalahan pihak ketiga. menyatakan bahwa konsultasi pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka antara konselor (sebagai konsultan) engan konsulti. Konsultasi juga dapat dilaksanakan terhadap dua orang konsulti atau lebih, terutama apabila konsulti-konsulti itu menghendakinya. Dalam layanan konsulti, ada tiga pihak yang tidak bisa dipisahkan yaitu konselor, konsulti dan pihak ketiga. Konselor merupakan tenaga ahli konseling (tenaga profesional) yang memiliki kewenagan melakukan pelayanan individu yang meminta bantuan kepada konselor agar dirinya mampu menangani kondisi atau masalah yang dipahami pihak ketiga yang setidaknya sebagai menjadi tanggung jawabnya sedangkan pihak ketiga adalah individu yang kondisi atau permasalannya dipersoalkan oleh konsulti.
Dilingkungan sekolah atau madrasah yang bisa menjadi konsulti adalah kepala sekolah atau kepala madrasah, guru-guru dan orang tua siswa. Apabila yang menjadi konsulti adalah kepala sekolah, maka pihak ketiganya bisa gur dan siswa. Apabila yang menjadi konsulti adalah guru, maka pihak ketiganya adalah siswa. Sedangkan apabila yang menjadi konsultinya adalah orang tua, maka pihak ketiganya adalah pihak anak (terutama yang berstatus sebagai siswa di sekolah atau di madrasah yang bersangkutan). Masalah-masalah yand dikonsultasikan mencakup berbagai hal yang dialami pihak ketiga dalam hidup sehari-hari tertama manyangkut statusnya sebagai siswa baik di sekolah atau madrasah maupun di rumah serta di lingkungannya. Tohirin (2008 : 95)

2. Tujuan Layanan Konsultasi
            Secara umum layanan konsultasi bertujuan agar klien (siswa) dengan kemampuannya sendiri dapat menangani kondisi atau permasalahan yang dialami oleh pihak ke tiga. Pihak ketiga adalah orang yang mempunyai hubungan baik dengan konsulti, sehingga permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga setidaknya sebagian menjadi tanggung jawab konsulti. Secara lebih khusus, tujuan layanan konsultasi adalah agar konsulti memiliki kemampuan diri yang berupa wawasan, pemahaman dan cara bertindak yang terkait langsung dengan suasana atau permasalahan pihak ketiga. Dengan kemampuan diri yang dimiliki konsulti, ia akan melakukan sesuatu (menerapkan hasil konsultasi dengan konsultan) terhadap pihak ketiga. Proses konsultasi yang dilakukan oleh konsulti terhadap konselor dan proses pemberian bantuan oleh konsulti kepada pihak ketiga, bertujuan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh pihak ketiga. Tohirin (2008 : 96)

            3. Isi Layanan Konsultasi
                        Isi layanan konsultasi dapat mencakup berbagai bidang pengembangan sebagaimana telah disebutkan diatas. Layanan konsultasi dapat menyangkut pengembangan bidang pribadi, hubungan sosial, pendidikan, karier, kehidupan berkeluarga dan kehidupan beragama. Dengan perkataan lain, isi layanan konsultasi dapat menyangkut berbagai bidang kehidupan yang luas yang dialami oleh individu-individu (pihak ketiga). Terhadap siswa di sekolah dan madrasah, masalah-masalah yang dikonsultasikan hendaknya lebih diprioritaskan pada hal-hal yang berkaitan dengan status siswa sebagai pelajar. Tohirin (2008 : 97)

            4. Teknik Layanan Konsultasi
                        Tohirin (2008 : 98) Mengemukakan bahwa sebagaimana layanan yang lain seperti telah disebutkan di atas, layanan konsultasi juga memerlukan teknik-teknik tertentu. Secara umum ada dua teknik layanan konsultasi yaitu teknik umum dan khusus.
a.         Pertama, teknik umum. Teknik umum merupakan sejumlah tindakan yang dilakukan konselor (konsultan) untuk mengembangkan proses konseling konsultasi. Teknik ini diawali dengan menerima klien (konsulti), mengatur posisi duduk, mengadakan penstrukturan, mengadakan analisis dan diskusi tentang permasalahan yang dihadapi hingga mengadakan penilaian dan laporan.
Secara umum teknik-teknik konseling sebagaimana dibahas dalam bab tentang teknik-teknik konseling dapat diterapkan dalam layanan konsultasi. Di dalam keseluruhan proses layanan konsultasi, digunakan teknik-teknik yang membangun hubungan (seperti kontak mata, kontak prikologis, dorongan minimal), mengembangkan dan mendalami masalah (seperti ajakan berbicara, tiga-M, refleksi, pertanyaan terbuka, penyimpulan dan penafsiran, keruntutan, konfrontasi, suasana diam, transferensi dan kontra transferensi, teknik eksperiensial dan asosiasi bebas), serta membangun semagat.
b.        Kedua, teknik khusus. Teknik ini dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku klien (konsulti), terutama berkenaan dengan masalah yang dipahami pihak ketiga. Teknik ini diawali dengan perumusan tujuan, yiatu hal-hal yang ingin dicapat klien (konsulti) dalam berntuk prilaku nyata, pengembangan prilaku itu sendiri, sehingga peneguhan hasrat, pemberian nasihat, penyusunan kontrak, dan apabila perlu alih tangan kasus. Pengubahan prilaku meliputi pemberian informasi dan contoh, latihan khusus (seperti penanganan, dsentisasi atau sentisasi, kursi kosong, permainan peran atau dialogi.
5.Pelaksanaan Layanan Konsultasi
                                    Tohirin (2008 : 99). Menjelaskan bahwa pelaksanaan layanan konsultasi menempuh beberapa tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi analisis hasil evaluasi, dan tidak lanjut serta laporan.
a.       Pertama, perencanaan yang meliputi kegiatan :
a)      Mengidentifikasi konsulti
b)      Mengatur pertemuan
c)      Menetapkan fasilitas layanan
d)     Menyiapkan kelengkapan administrasi
b.      kedua,  pelaksanaan yang mencakup kegiatan :
a)      Menerima konsulti
b)      Menyelenggarakan penstrukturan konsultasi
c)      Membahas masalah pihak ketiga yang dibawa oleh konsultasi
d)     Mendorong dan melatih konsultasi untuk mampu menangani masalah yang dialami oleh pihak ketiga dan memanfaatkan sumber-sumber yang ada berkenaan dengan pembahasan masalah pihak ke tiga.
e)      Membina komitmenkonsulti untuk menangani masalah pihak ketiga dengan bahasa dan cara-cara konseling
f)       Melakukan penilaian segera
c.       Ketiga, evaluasi. Penilaian atau evaluasi layanan konsultasi mencakup tiga aspek atau tiga ranah, yaitu :
a)      Pemahaman yang diperoleh konsultan
b)      Perasaan yang berkembang pada diri konsulti
c)      Kegiatan apa yang akan ia laksanakan setelah proses konsultasi berakhir
Berkenaan dengan oprasionalisasi layanan konsultasi, penilaian yang perlu dilakukanadalah penilaian jangka pendek yang fokusnya adalah bagaimana konsulti melaksanakan hasil konsultasi guna mengangani masalah pihak ketiga. Dengan perkataan lain, penilaian disini difokuskan pada bagaimana keterlaksanaan hasil konsulatasi dalam rangka mengatasi masalah pihak ketiga
d.      Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini yang dilakukan adalah menafsirkan hasil evaluasi berkenaan dengan diri pihak ketiga dan konsulti diri
e.       Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan konsultasi lanjut dengan konsulti guna membicarakan hasil evalaluasi serta menentukan arah dan kegiatan lebih lanjut.
f.       Keenam, laporan yang meliputi kegiatan :
a)      Membicarakan dengan konsulti tentang laporan yang diperlukan oleh konsulti
b)      Mendokumentasikan laporan layanan konsultasi.

I.                   Layanan Mediasi
1.    Makna Layanan Mediasi
Istilah mediasi terkait dengan istilah media yang berasal dari kata medium yang berarti perantara. Dalam literatur Islam istilah mediasi sama dengan wasilah yang juga berarti perantara. Berdasarkan arti di atas, mediasi bisa dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengantarai atau menjadi wasalah atau menghubungakan yang semula terpisah. Juga bermakna menjalain hubungan antara dua kondisi yang berbeda dan mengadakan kontak sehingga dua pihak yang semula terpisah saling terkait. Melalui  mediasi atau wasilah dua pihak yang sebelumnya terpisah menjadi saling terkait, saling mengurangi atau meniadakan jarak, saling memperkecil perbedaan sehingga jarak keduannya menjadi lebih dekat. Layanan mediasi merupakan layanan konseling yand dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan. Berdasarkan makna ini, layanan mediasi juga berarti layanan atau bantuan terhadap dua pihak atau yang sedang dalam kondisi bermusuhan. Berbeda dengan layanan yang lain trutama layanan konseling perorangan, dalam layanan mediasi konselor atau pembimbing menghadapi klien (siswa) yang terdiri atasw dua pihak atau lebih, dua orang atau lebih, dua kelompok atau lebih. Dengan perkataan lain, kombinasi antara sejumlah individu dan kelompok. Salahudin Anas (2010 : 55)

2.         Tujuan Layanan Mediasi
Salahudin Anas (2010 : 56) Menjelaskan secara umum, layanan mediasi bertujuan agar mencapai kondisi hubungan yang positif dan kondusif di antara para klien atau pihak-pihak yang berkaitan atau bermusuhan. Dengan perkataan lain agar tercapai hubungan yang positif dan kondusif di antara siswa yang berikai atau bermusuhan. Secara lebih khusus, layanan mediasi bertujuan agar terjadi perubahan atas kondisi awal yang negatif (bertikai atau bermusuahn) menjadi kondisi baru (kondusif dan bersahabat) dalam hubungan antara kedua belah pihak yang bermasalah. Terjadinya perubahan kondisi awal yang cenderung negatif kepada kondisi baru yang positif, misalnya :
a.       Rasa permusuahan terhadap pihak lain menjadi rasa damai terhadap pihak lain
b.      Adanya perbedaan dibanding yang lain menjadi adanya kebersamaan
c.       Sikap menjauhi pihak lain menjadi mendekati pihak lain
d.      Sikap mau menang sendiri terhadap pihak lain menjadi sikap mau memberi dan menerima pihak lain
e.       Sikap membalas menjadi sikap memanfaatkan
f.       Sikap kasar dan negarif menjadi sikap lembut dan positif
g.      Sikap mau benar sendiri menjadi sikap memahami
h.      Sikap bersaing menajdi sikap toleran.

3.      Isi Layanan Mediasi
Salahudin Anas (2010 : 57). Mengemukakan bahwa isi atau masalah yang dibahas dalam layanan mediasi adalah hal-hal yang berkenaan dengan hubungan yang menjadi antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang sedang bertikai. Masalah-44masalah tersebut dapat mencakup :
a.       Pertikaian atas kepemilikan sesuatu
b.      Kejadian dadakan antara siswa atau sekelompok siswa
c.       Perasaan tersinggung
d.      Dendam dan sakit hati
e.       Tuntutan atas hak dan lain sebagainya.
Berdasarkan cakupan diatas, isi atau masalah yang dibahas dalam layanan mediasi lebih banyak berkenaan dengan masalah-masalah individu yang berhubungan dengan orang lain atau lingkungannya. Masalah-masalah yang menjadi isi layanan mediasi atau yang dibahas dalam layanan mediasi bukan masalah yang bersifat kriminal. Dengan perkataan lain individu atau kelompok yang menjadi klien dalam layanan mediasi, tidak sedang terlibat dalam kasus kriminal yang menjadi urusan polisi.

4.      Teknik Layanan Mediasi
Salahudin Anas (2010 : 58). Mengemukakan bahwa penerapan teknik tertentu dalam konseling termasuk layanan mediasi, pada prinsipnya bertujuan antara lain untuk mengaktifkan peserta lainnya (siswa) dalam proses layanan. Khusus layanan mediasi, semua peserta secara individual didorong untuk secara aktif berpartisipasi dalam proses layanan. Ada dua teknik yang bisa diterapkan dalam layanan mediasi yaitu teknik umum dan khusus.
a.       Pertama, teknik umum. Yang termasuk kedalam teknik umum adalah :
a)      Penerimaan terhadap klien dan posisi duduk. Proses layanan mediasi diawali denagan penerimaan terhadap klien untuk memasuki layanan. Suasana penerimaan harus dapat mencerminkan suasana perngormatan, keakreban, kebahagian dan keterbukaan terhadap semua calon peserta layanan sehingga timbul suasana kondusif proese layanan mediasi
b)      Pengstrukturan. Melalui penstrukturan, konselor mengembangkan pemahaman peserta layanan tentang apa, mengapa, untuk apa, dan bagaimana layanan mediasi itu. Dalam penstrukturan juga dikembangkan tentang pentingnya asas-asas konseling dalam layanan mediasi terutama asas kerahasiaan, keterbukaan, dan kesukarelaan. Selain itu juga harus dikembangkan pemahaman terhadap klien bahwa konselor tidak menihak, kecuali kepada kebenaran
c)      Ajakan untuk berbicara. Apabila melalui penstrukturan para siswa belum mau bicara, khususnya berkenaan dengan pokok perselisihan mereka yang memerlukan mediasi, konselor harus mengajak siswa mulai membicarakannya. Ajakan berbicara dapat diawali dengan upaya konselor (pembimbing) mencari tahu adanya permasalahan yang dialami para siswa dan bagaimana konselor dapat bertemu dengan mereka. Ajakan berbicara dilakukan oleh konselor denga mengemukakan pokok-pokoknya saja dan tidak memberikan penafsiran-penafsiran atau pun harapan-harapan karena hal itu semua akan menjadi substansi bahasan tahap-tahap proses selanjutnya.
b.      Kedua, teknik khusus. Teknik-teknik khusus konseling perorangan bisa diterapkan dalam layanan mediasi. Taknik ini diterapkan dalam layanan mediasi bertujua untuk mengubah tingkah laku para peserta layanan (siswa yang berselisih). Beberapa teknik khusus yang bisa diterapkan dalam layanan mediasi adalah :
a)      Informasi dan contoh pribadi. Teknik ini diterapkan apabila siswa benar-benar memerlukan. Informasi harus diberikan secara jelas dan objektif, sedangkan contoh pribadi harus diberikan secara sederhana dan berlebihan.
b)      Perumusan tujuan pemberian contoh dan latihan bertingkah laku. Teknik ini diarahkann untuk terbentuknya tingkah laku baru. Latihan beritingkah laku, khususnya cara berhubungan atau berkomunikasikan dapat dilaksanakan melalui teknik kursi kosong. Misalnya :
1)      Latihan keluguan dan bermain peran atau dialog yang diarahkan untuk terbinanya komunikasi yang objektif, jujur, bermoral, dan tanggung jawab.
2)      Latihan penenagan, desensitisasi atau sensitisasi bertujuan untuk terhindarnya klien (siswa) dari hal-hal yang mengganggu dirinya karena klien (siswa) terlalu sensitif atau kurang sensitif terhadap rangsangan tertentu. Teknik ini bisa dilakukan secara individual tanpa kehadiran peserta atau siswa lain yang berselisih
c)      Nasihat. Teknik ini diterapkan apabila benar-benar diperlukan. Usahakan tidak memberikan nasihat. Apabila teknik-teknik yang lain sudah diterapkan secara baik, nasehat tidak diperlukan lagi.
d)     Peneguhan hasrat dan kontrak. Teknik ini merupakan tahap penguncian atas berbagai upaya pengubahan tingkah lahku yang telah dilaksanakan. Teguhnya hasrat merupakan komitmen diri bahwa apa yang telah dilatihkan dan semua hasil layanan mediasi benar-benar dilaksanakan. Komitmen tersebut dapat disusun dalam berntuk kontrak yang realissasinya akan ditindaklanjuti oleh klien bersama konselor.

5.      Pelaksanaan Layanan Mediasi
Salahudin Anas (2010 : 59). Menjelaskan seperti layanan-layanan yang lain, pelaksanaan layanan mediasi juga melalui proses atau tahapan-tahapan sebagai berikut :
a.       Pertama, perencanaan. Kegaitan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a)      Mengidentifikasi pihak-pihak yang akan menjadi peserta layanan
b)      Mengatur pertemuan dengan calon peserta layanan
c)      Menetapkan fasilitas layanan
d)     Menyiapkan kelengkapan administrasi
b.      Kedua, pelaksanaan yang meliputi kegiatan :
a)      Menerima pihak-pihak yang berselisih atau bertikai
b)      Menyelenggarakan penstruturan layanan mediasi
c)      Membahas masalah  yang dirasakan oleh pihak-pihak yang menjadi peserta layanan
d)     Menyelenggarakan pengubahan tingkah laku peserta layanan
e)      Membina komitmen peserta layanan demi hubungan baik dengan pihak-pihak yang lain
f)       Melakukan penilaian segera
c.       Ketiga, evaluasi. Pada tahap ini kegitan yang dilakukan adalah melakukan evaluasi terhadap hasil-hasil layanan mediasi. Fokus evaluasi layanan ialah diperolehnya kemampuan baru oleh klien, berkembangnya perasaan positif, dan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh klien setelah proses layanan berlangsung
.
d.      Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menafsirkan hasil evaluasi dalam kaitannya dengan ketuntasan penyelesaian masalah yand dialami oleh pihak yang telah mengikuti layanan mediasi.
e.       Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan mendiasi lanjutan untuk membicarakan hasil evaluasi dan memantapkan upaya perdamaian di antara pihak yang berselisih atau bertikai.
f.       Keenam, laporan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
a)      Membicarakan laporan yang diperlukan oleh pihak-pihak peserta layanan mediasi
b)      Mendokumentasikan laporan layanan mediasi.



































BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.

Di sekolah dasar, kegiatan bimbingan dan konseling tidak diberikan oleh guru pembimbing secara khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Guru kelas harus menjalankan tugasnya secara menyeluruh, baik tugas menyampaikan semua materi pelajaran (kecuali Agama dan Penjaskes) dan memberikan layanan bimbingan konseling kepada semua siswa tanpa terkecuali.

B.     Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan acuan untuk menjadi lebih baik dan lebih mengacu pada pembelajaran yang optimal dan efisien dalam sarana dan prasaranan pembelajarannya serta makalah ini dapat bermanafaat bagi orang-orang khususnya para pembaca sebagai bahan reverensi. Krtik dan saran kami perlukan untuk kesempurnaan makalah ini agar dapat menjadi makalah yang lebih baik dan dapat berguna bagi orang-orang khususnya bagi pembacanya.



DAFTAR PUSTAKA


Muhaimin Akhmad. 2013. Bimbingan Dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta : AR-Ruzz Media.

Husari Achan. 2008. Manajemen Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Depok : CV. Arya Duta

Tohirin. 2008. Bimbingan & Konseling Di Sekolah Dan Madrasah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Salahudin Anas. 2010. Bimbingan Dan Konseling. Bandung : CV. Pustaka Setia

Daryanto dan Farid. 2013. Bimbingan Konseling. Yogyakarta : Gava MediaBAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakuoang
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Sekolah merupakan suatu sistim yang komponen – komponen didalamnya terintegrasi dengan baik. BK adalah salah satu komponen sekolah yang bertugas membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi komponen sekolah yang lain. Khususnya para siswa atau anak didik baik permasalahan pribadi, keluarga maupun sosisl masyarakat sehingga tercapai tujuan pendidikan. Secara formal kedudukan BK dalam sistem pendidikan di Indonesia ada didalan undang – undang No. 20 / 2003 tentang sistem pendidikan naisonal beserta perangkat peraturan pemerintahanya, sedagkan hal – hal yang berhubungan dengan pendidikan dasar dimana sekolah dasar ada didalamnya dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28/1999 tentang pendidikan dasar bab X. pada pasal 25 ayat I, dalam PP tersebut dikatakan bahwa : 1. bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan peribadi, mengenal ligkungan dan merencanakan masa depan. 2. bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Muhaimin Akhmad. (2013 : 79)
.
Peraturan pemerintah tersebut mengisyaratkan bahwa layanan BK di sekolah dasar sangat penting untuk dilaksanakan secara khusus, terperogram dan ditangani dengan baik oleh guru yang sangkutan agar siswa-siswanya dapat mengembangkan kemampuan yang di miliki dapat berkembang dengan baik.  Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan pendidikan dasar yakni memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 PP nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar). Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pendidikan nasional. Untuk itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah, tetapi terletak pada sumber daya alam yang berkualitas. Sumber daya alam yang berkualitas adalah sumber daya manusia, maka diperlukan peningkatan sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan bangsa. Muhaimin Akhmad. (2013 : 80)

Realitas di lapangan, khususnya di sekolah dasar menunjukkan bahwa peran guru kelas dalam pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling kurang membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa.Selain melaksanakan tugas pokoknya menyampaikan semua mata pelajaran, guru SD juga dibebani seperangkat administrasi yang harus dikerjakan sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara maksimal. Walaupun sudah memberikan layanan bimbingan konseling sesuai dengan kesempatan dan kemampuan, namun agaknya data pendukung yang berupa administrasi bimbingan konseling juga belum dikerjakan secara tertib sehingga terkesan pemberian layanan bimbingan dan konseling di SD "asal jalan". Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling tersirat bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak memiliki sistem pengelolaan yang bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Untuk itu diperlukan guru pembimbing yang profesional dalam mengelola kegiatan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi di sekolah dasar. Muhaimin Akhmad. (2013 : 81)


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagi berikut ini :
1.    Apa Pengertian Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling ?
2.    Bagaimana Tujuan Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling ?
3.    Bagaimana Isi Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling ?
4.    Bagaimana Teknik Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling ?
5.    Bagaimana Pelaksanaan Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling ?

C.    Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan dari Bentuk-bentuk Bimbingan Konseling itu sendiri  adalah sebagai berikut ini :
1.      Dapat Memahami Apa Pengertian Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling
2.      Dapat Mengerti Bagaimana Tujuan Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling
3.      Dapat Mengerti Bagaimana Isi Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling
4.      Dapat Memahami Bagaimana Teknik Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling
5.      Dapat Memahami Bagaimana Pelaksanaan Dari Tiap Bentuk Bimbingan Konseling





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Layanan Orientasi
1.      Makna Layanan Orientasi
Orientasi berarti tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Situasi atau lingkungan yang baru bagi individu merupakan sesuatu yang  asing. Dalam kondisi ketersaingan, individu akan mengalami kesulitan untuk bersosialisasi.  Dengan perkataan lain individu akan sulit melakukan hal-hal yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Ketidak mampuan bersosialisasi juga biasa menimbulkan perilaku mal adaptif ( prilaku menyimpang ) bagi individu. Layanan orientasi berusaha menjembatani kesenjangan antara individu dengan suasana ataupun objek-objek baru. Layanan ini juga akan mengantarkan individu ( siswa ) memasuki suasana ataupun objek baru agar ia daapt mengambil manfaat berkenaan dengan situasi objek yang baru tersebut. Muhaimin Akhmad. (2013 : 82)

2.      Tujuan Layanan Orientasi
Layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar mempu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Dengan perkataan lain agar individu dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari berbagai sumber yang ada pada suassana atau lingkungan baru tersebut.  Layanan ini juga akan mengantarkan individu untuk memasuki suasana atau lingkungan baru. Secara lebih khusus, tujuan layanan orientasi berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu pelayanan bimbingan dan konseling. Dilihat dari fungsi pemahaman, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar memiliki pemahaman tentang berbagai hal yang penting dari suasana yang baru saja dijumpainya. Hal-hal yang baru dijumpainya di oleh individu, dan digunakan untuk sesuatu yang menguntungkan.
Dilihat dari fungsi pencegahan, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar terhindar dari hal-hal negatif yang daapt timbul apabila individu tidak memahmi situasi atau lingkungannya yang baru. Dilihat dari fungsi pengembangan, apabila individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan mampu memanfaatkan secara konstruktif sumber-sumber yang ada pada situasi yang baru, maka individu akan dapat mengembangkan dan memelihara potensi dirinya. Pemahaman tentang situasi yang beru dan kemampuan konstruktif memasuki suasana baru, merupakan jalan bagi pengentasan dan dalam membela hak-hak pribadi sendiri (fungsi advokasi). Muhaimin Akhmad (2013 : 83)

3.      Isi Layanan Orientasi
Isi layanan orientasi adalah sebagai hal berkenaan dengan suasana, lingkungan, dan objek-objek yang baru bagi individu. Hal-hal tersebut melingkupi bidang-bidang; (a) pengembangan pribadi. (b) pengembangkan hubungan sosial. (c) pengembangan kegiatan belajar (d) pengembangan karier. (e) pengembangan kehidupan berkeluarga dan (f) pengembangan kehidupan beragama. Muhaimin Akhmad (2013 : 84)

4.      Teknik layanan orientasi
Muhaimin Akhmad (2013 : 85) mengemukakan bahwa Teknik Layanan Orientasi Merupakan Proses layanan orientasi mulai dari perencanaan hingga akhir bisa dilaksanakan melalui berbagai teknik dalam format lapangan, klasikal, kelompok, individual dan politik.
a.       Format lapangan; format ini ditempuh apabila peserta layanan (siswa) melakukan kegiatan ke luar kelas atau ruangan dalam rangka mengakses objek-objek tertentu yang menjadi isi layanan. Melalui format ini, peserta (siswa) mengunjungi objek-objek tertentu  yang menjadi isi layanan. Melalui format ini, peserta (siswa) mengunjungi ogjek-objek yang dimaksud. Bagi siswa baru di sekolah dan madrasah, format ini biasanya dilakukan di mana siswa mengunjungi objek-objek tertentu seperti perpustakaan, laboratorium, dan lain sebagainya.
b.      Format klasikal. Dengan format ini, kegiatan layanan orientasi dilaksanakan di dalam kelas atau ruangan. Objek-objek yang menjadi isi layanan dibawah ke dalam kelas (ruangan) dalam bentuk contoh-contoh, ilustrasi melalui gambar, films, tampilan video dan lain sebagainya. Isi layanan disajikan, dipersepsi, di diskusikan, diperlakukan secara bebas dan terbuka.
c.       Format kelompok; secara umum polanya sama dengan format klasikal, yaitu dilakuan secara berkelompok dan terdiri atas sejumlah peserta yang terbatas, misalnya lima sampai delapan orang. Melalui format ini memungkinkan dilakukannya akses yagn lebih intensif terhadap objek layanan. Selain itu, layanan ini juga dapat memanfaatkan dinamika kelompok sehingga hasil layanan dapat lebih optimal.
d.      Format individual; berbeda dengan format kelompok, format ini merupakan format khusus dilakukan terhadap individu-individu tertentu. Isi layanan juga bersifat khusus disesuaikan dengan kebutuhan individu yang bersangkutan.
e.       Format politik; dengan format ini, konselor atau pembimbing berupaya menghubungkan dan mengaktifkan pihak-pihak di luar peserta laynan untuk memberikan dukungan dan fasilitas yang memudahkan pelaksanaaan layanan dan menguntungkan peserta layanan. Pihak-pihak yang dihubungi tentu yang terkait dengan isi layanan.
Oleh karena itu, Muhaimin Akhmad (2013 : 86) mengidentifikasikan masalah-masalah yang dihadapi individu beragam, maka layanan orientasi bisa mengombinasikan format-format di atas. Misalnya format politik dilaksanakan dalam perencanaan dan persiapan layanan dan bahkan juga selama pelaksanaannya. Format lapangan bisa dikombinasikan dengan format klasikal bahkan format kelompok . selain itu, format individual dapat merupakan tindak lanjut dari format layanan klasikal atau format kelompok. Dengan format di atas, layanan orientasi bisa dilaksanakan dengan teknik-teknik :
a.       Penyajian, yaitu melalui ceramah, tanya jawab, dan diskusi.
b.      Pengamatan, yaitu melihat langsung objek-objek yang terkait dengan isi layanan.
c.       Partisipasi, yaitu dengan melibatkan diri secara langsung dalam suasana dan kegiatan, mencoba, dan mengalami sendiri.
d.      Studi dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait
e.       Kontemplasi, yaitu dengan memikirkan dan merenungkan secara mendalam tentang berbagai hal yang menjadi isi layanan. Teknik-teknik tersebut diatas dilakukan oleh konselor, penyaji, nara sumber, dan para peserta layanan sesuai dengan peran masing-masing.

5.      Pelaksanaan layanan orientasi
Muhaimin Akhmad (2013 : 87) Mengelompokan pelaksanaan atau tahap layanan orientasi adalah sebagai berikut :
a.       Perencanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah :
1)      Menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan,
2)      Menetapkan peserta layanan
3)      Menetapkan jenis kegiatan, termasuk format kegiatan
4)      Menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber dan media
5)      Menyiapkan kelengkapan administrasi
b.      Pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :
1)    Mengorganisasikan kegiatan layanan
2)   Mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk implementasi format layanan dan penggunaan media
c.       Evaluasi. Hal-hal yang dilakukan adalah :
1)   Menetapkan materi evaluasi
2)   Menetapkan prosedur evaluasi
3)   Menyusun instrumen evaluasik
4)   Mengaplikasikan instrumen evaluasi
5)   Mengelola hasil aplikasi instrumen
d.      Analisis hasil evaluasi. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1)   Menetapkan standar analisis
2)   Melakukan analisis
3)   Menafsirkan hasil analisis
e.       Tindak lanjut. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1)      Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut
2)      Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak yang terkait
3)      Melaksanakan rencana tindak lanjut
f.       Laporan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1)      Menyusun laporan layanan orientasi
2)      Menyamapikan laporan kepada pihak-pihak terkait (kepala sekolah atau madrasah)
3)      Mendokumentasikan laporan pelayana

B. Layanan Informasi (Information)
1. Makna Layanan Informasi
Layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Layanan informasi  juga bermakna usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan proses perkembangan anak muda. Dalam menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya, individu memerlukan berbagai informasi baik untuk keperluan kehidupannya sehari-hari, sekarang, maupun untuk perencanaan kehidupannya ke depan. Individu bisa mengalami masalah kehidupannya di masa depan, akibat tidak menguasai dan tidak mampu mengakses informasi melalui layanan bimbingan dan konseling individu dibantu memperoleh atau mengakses informasi. Husari Achan (2008 : 22)

2. Tujuan Layanan Informasi         
                                    Layanan informasi bertujuan agar individu (siswa) mengetahui  menguasai informasi yang selanjutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan perkembangan dirinya. Selain itu, apabila merujuk kepada fungsi pemahaman, layanan informasi bertujuan agar individu memahami berbagai informasi dapat seluk beluknya. Penguasaan akan berbagai informasi dapat digunakan untuk mencegah timbulnya masalah, pemecahan suatu masalah, untuk memelihara dan mengembangkan potensi individu serta memungkinkan individu (peserta layanan ) yang bersangkutan membuka diri dalam mengaktualisasikan hak-haknya.
                        Husari Achan (2008 : 23) Mengemukakan layanan informasi juga bertujuan untuk pengembangan kemandirian. Pemahaman dan penguasaan individu terhadap informasi yang diperlukannya akan memungkinkan individu; (a) mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya secara objektif, positif, dan dinamis, (b) mengambil keputusan, (c) mengarahkan diri untuk kegiatan-kegiatan yang berguna sesuai dengan keputusan yang di ambil, dan (d) mengaktualisasikan secara terintegrasi.

3. Isi Layanan Informasi
Jenis-jenis informasi yang menjadi isi layanan ini bervariasi. Demikian juga keluasan dan kedalamnnya.hal itu tergantung kepada kebutuhan para peserta layanan (tergantung kebutuhan siswa). Informasi yang menjadi isi layanan harus mencakup seluruh bidang pelayanan bimbingan dan konseling seperti tersebut di atas yaitu: bidang pengembangan pribadi,bidang pengembangan sosial, bidang pengembangan kegiatan belajar, perencanaan karier, kehidupan berkeluarga,dan kehidupan beragama. Secara lebih rinci, informasi yang menjadi isi layanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah adalah :pertama, informasi tentang perkembangan diri. Kedua, informasi tentang hubungan antarpribadi, sosial, nilai-nilai (valus) dan moral.ketiga, informasi tentang pendidikan , kegiatan belajar, dan ilmu pengetahuan dan teknologi keempat, informasi tentang dunia karier dan ekonomi. Kelima, informasi tentang sosial budaya, politik, dan kewarganegaraan. Keenam, informasi tentang kehidupan berkeluarga . ketujuh, informasi tentang agama dan kehidupan beragama beserta seluk-beluknya. Husari Achan (2008 : 24).

4. Teknik Layanan Informasi
Layanan informasi dapat diselenggarakan secara langsung dan terbuka oleh pembimbing atau konselor kepada seluruh siswa di sekolah dan madrasah. Berbagai teknik dan mediayang bervariasi serta fleksibel dapat digunakan melaluiformat klasikal dan kelompok. Format mana yang akan digunakan tentu tergantung jenis informasi dan karakteristik peserta layanan. Beberapa teknik yang biasa digunakan untuk layanan informasi adalah: Pertama, cemarah, tanya  jawab dan diskusi. Teknik ini paling umum digunakan dalam penyampaian informasi dalam berbagai kegiatan termasuk pelayanan bimbingan dan konseling. Melalui teknikini, para peserta mendengarkan atau menerima ceramah dari pembimbing (konselor), selajutnya diikuti dengan tanya jawab. Untuk pendalamannya dilakukan diskusi. Kedua, melalui media. Penyampaian informasi bisa dilakukan melalui media tertentu seperti alat peraga, media tertulis, media gambar, poster, dan media elektronik seperti radio, tape, recorder, film, televisi, internet, dan lain-lain. Dengan perkataan lain, penyampaian informasi bisa melalui nonelektronik dan elektronik.
Ketiga, acara khusus layanan informasi melalui ini dilakukan berkenaan dengan acara khusus di sekolah atau madrasah: misalnya “ Hari tanpa Asap Rokok”, “Hari Kebersihan Lingkungan Hidup,’’ dan lain sebagainya. Dalam acara hari tersebut, disampaikan berbagai informasi berkaitan dengan hari-hari tersebut dan dilakukan berbagai kegiatan yang terkait yang diikuti oleh sebagian atau oleh seluruh siswa di sekolah atau madrasah di mana kegiatan itu dilaksanakan. Keempat, nara sumber. Layanan Informasi juga bisa diberikan kepada peserta layanan dengan mengundang nara sumber (manusia sumber). Misalnya  informasi tentang obat-obatan terlarang, psikotropika dan narkoba mengundang nara sumber dari Dinas Kesehatan, Kepolisian, dan lain-lain yang terkait. Dengan demikian, informasi tidak menjadi monopoli konselor (pembimbing). Dengan perkataan lain tidak semua informasi diketahui oleh pembimbing, harus di datangkan atau diundang pihak lain yang mengetahui. Pihak-pihak mana yang akan diundang, tentu disesuaikan dengan jenis informasi yang akan diberikan. Husari Achan (2008 : 25)

5. Pelaksanaan Layanan Informasi
Husari Achan (2008 : 26) Mengemukakan pelaksanaan layanan informasi menempuh tahapan-tahapan sebagai berikut: pertama, perencanaan yang mencakup kegiatan (a) identifikasi kebutuhan akan informasi bagi calon peserta layanan: (b) menetapkan materi informasi sebagai isi layanan: (c) menetapkan subjek sasaran layanan: (d) menetapkan nara sumber:  (e) menyiapkan produser, perangkat, dan media layanan: dan (f) menyiapkan kelengkapan admistrasi. Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan : (a) mengorganisasi kegiatan layanan, (b) mengaktifkan peserta layanan, dan (c) mengoptimalkan penggunaan metode dan media. Ketiga , evaluasi yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan materi evaluasi, (b) menetapkan produser evaluasi, (c) menyusun instrumen evaluasi, (d) mengaplikasikan instrumen evaluasi, dan (e) mengolah hasil aplikasi instrumen.
Keempat, analisis hasil evaluasi yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan norma atau standar evaluasi, (b) melakukan analisis, dan (c) menafsirkan hasil analisis. Kelima, tindak lanjut yang mencakup kegaiatan: (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, (b) mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait, dan (c) melaksanakan rencana tidak lanjut. Keenam, pelaporan yang mencakup kegiatan: (a) menyusun laporan layanan informasi, (b) menyampaikan laporan kepada pihak terkait (kepala sekolah atau madrash), dan (c) mendokumentasikan laporan.

C. Layanan Penempatan Dan Penyaluran
1.  Makna Layanan Penempatan Dan Penyaluran
Layanan penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih disekolah dan madrasah dan sesudah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu. Individu dalam proses perkembangannya sering dihadapkan pada kondisi yang di satu sisi serasi atau (kondusif) mendudkung perkembangannya dan disisi lain kurang serasi atau kurang mendukung (mismatch). Kondisi  mismatch berpotensi menimbulkan masalah pada individu (siswa). Oleh sebab itu, layanan penempatan dan penyaluran diupayakan untuk membantu individu yang mengalami mismatch. Layanan ini berusaha minimalisasi kondisi mismatch yang terjadi pada individu sehingga individu dapat mengembangkan diri secara optimal. Tohirin (2008 : 91)

2. Tujuan layanan penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran bertujuan supaya siswa bisa menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan nona akademik yang menunjang perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana masa depan. Dengan perkataan lain, layanan penempatan dan penyaluran bertujuan agar siswa memperoleh tempat yang sesuai untuk pengembangan potensi dirinya. Tempat yang dimaksud adalah lingkungan baik fisik maupun psikis atau lingkungan sosial emosional termasuk lingkungan budaya yang secara  langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan siswa. Merujuk kepada fungsi-fungsi bimbingan dan konseling, yang mencerminkan tujuan secara lebih khusus, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut: pertama, fungsi pemahaman. Merujuk kepada fungsi ini, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah agar siswa memahami potensi dan kondisi dirinya sendiri serta kondisi lingkungannya.Kedua, fungsi pencegahan.merujuk kepada fungsi ini, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mencegah semakin perahnya masalah, hambatan, dan kerugian yang dialami individu (siswa). Atau mencegah berlarut-larutnya masalah yang  dialami individu.
Ketiga, fungsi pengentasan. Merujuk kepada fungsi ini, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengangkat individu dari kondisi yang tidak baik kepada kondisi yang lebih baik. Fungsi  ini berkaitan dengan fungsi pencegahan di mana layanan ini berupaya mengatasi masalah siswa dengan menempatkannya pada kondisi yang sesuai (kondusif) dengan kebutuhannya. Apabila upaya ini berhasil, maka fungsi pencegahan akan terangkatkan. Keempat, fungsi pengembangan dan pemeliharaan. Merujuk kepada fungsi ini, maka tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengembangkan potensi-potensi individu dan memeliharanya dari hal-hal yang dapat menghambat dan merugikan perkembangannya. Dan seterusnya sesuai dengan fungsi-fungsi yang telah dikemukakan pada bab terdahulu. Tohirin (2008 : 92)

3. Isi layanan penempatan dan penyaluran
Tohirin (2008 : 93) Menjelaskan bahwa isi layanan penempatan dan penyaluran meliputi dua sisi, yaitu sisi potensi diri siswa itu sendiri dan sisi lingkungan siswa. Pertama, sisi potensi  diri siswa sendiri, mencakup: (a) potensi intelegensi, bakat, minat, dan kecenderungan-kecenderungan pribadi, (b) kondisi psikofisik seperti terlalu banyak bergerak (hiper aktif), cepat lelah, alergi terhadap kondisi lingkungan tertentu, (c) kemampuan berkomunikasi dan kondisi hubungan sosial, (d) kemampuan pancaindra, dan (e) kondisi fisik seperti jenis kelamin, ukuran badan, dan keadaan jasmaniah lainnya.kedua , kondisi lingkungan: mencakup : (a) kondisi fisik, kelengkapan dan tata letak suasana kerja dan cara-cara bertingkah laku, dan (e) kondisi statis seperti aturan-aturan dan pembatasan-pembatasan.

4. Teknik layanan penempatan dan penyaluran
Beberapa hal yang perlu dilakukan pembimbing atau konselor sebelum melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran adalah:  (a) mengkaji potensi dan kondisi diri subjek layanan (siswa), (b) mengkaji kondisi lingkungan dari lingkungan yang paling dekat dan mengacu kepada permaslahan subjek  layanan, (c) mengkaji kesesuaian antara potensi dan kondisi diri siswa dengan kondisi lingkungannya serta mengidentifikasi permasalahan yang secara dinamis berkembang pada diri siswa, (d) mengkaji kondisi dan prospek lingkungan lain yang mungkin ditempati, (e) menempatkan subjek ke lingkungan baru. Guna mengkaji potensi dan kondisi diri subjek seperti disebutkan di atas, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: pertama, studi dokumentasi terhadap hasil-hasil aplikasi instrumentasi dan himpunan data, kedua, observasi terhadap kondisi jasmaniah, kemampuan berkomunikasi , dan tingkah laku siswa, suasana hubungan sosioemosional siswa dengan siswa lainnya, dan kondisi  fisik lingkungan . ketiga studi terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang diberlakukan. Keempat studi kondisi lingkungan yang prospektif dan kondusif bagi perkembangan siswa. Keima wawancara dengan pihak-pihak yang terkait.
Wujud kegiatan layanan penempatan dan penyaluran adalah: pertama, penempatan duduk siswa di dalam kelas. Kedua penempatan siswa dalam kelompok belajar. Ketiga, penempatan dan penyaluran siswa dalam kelompok kegiatan bakat dan minat khusus atau ekstrakurikuler. Keempat penempatan dan penyaluran siswa pada posisi tertentu dalam organisasi kesiswaan atau organisasi lainnya di lingkungan sekolah atau madrasah. Kelima pemindahan siswa ke sekolah atau lembaga pendidikan yang lebih sesuai dengan pilihannya. Ketujuh, pemindahan asrama bagi siswa yang kost, dan kedelepan, pemindahan temapt tinggal, dan lain sebagainya. Tohirin (2008 : 94)

5. Pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran
Tohirin (2008 : 95) Menjelaskan bahwa prosedur dan langkah-langkah layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut: pertama perencanakan yang mencakup: (a) identifikasi kondisi yang menunjukkan adanya permasalahan pada diri siswa tertentu (b) menentapkan siswa yang akan menjadi sasaran layanan (c) menyiapkan prosedur, langkah-langkah dan perangkat serta fasilitas layanan dan (d) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua pelaksanaan yang mencakup (a) melakukan analisis terhadap berbagai kondisi yang terkait dengan permasalahan siswa sesuai prosedur dan langkah-langkah yang telah ditetapkan, (b) melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran. Ketiga , evaluasi yang mencakup: (a) menetapkan materi evaluasi, (b) menetapkan prosedur  evaluasi, (c) menyusun instrumen evaluasi , (d) mengaplikasikan instrumen evaluasi, dan (e) mengolah hasil aplikasi instrumentasi. Keempat, analisis hasil evaluasi yang mencakup: (a) menetapkan standar evaluasi, (b) melakukan analisis, dan (c) menafsirkan hasil analisis.
Kelima, tidak lanjut mencakup; (a) mengidentifikasi masalah yang perlu ditindak lanjut, (b) menetapkan jenis dan arah tidak lanjut, (c) mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak lain yang terkait apabila diperlukan, dan (d) melaksanakan rencana tidak lanjut. Keeman laporan yang mencakup: (a) menyusun laporan layanan penempatan dan penyaluran . (b) menyampaikanlaporan kepada pihak terkait (kepala sekolah atau madrasah) sebagai penanggung jawab utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah, dan (c) mendokumentasikan laporan.

D. Layanan Penguasaan Konten
1. Makna Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada individu (siswa) baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melaui kegiatan belajar. Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari merupakan unit konten yang di dalamnya terkandung fakta dan data,konsep,proses,hukum dan aturan, nilai, persepsi, afeksi,sikap,dan tindakan .dengan penguasaan konten, individu (siswa) diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Oleh sebab itu, layanan konten juga bermakna suatu bantuan kepada individu (siswa) agar menguasai aspek-aspek konten tersebut di atas secara terintegrasi. Dalam perkembangan dan kehidupannya , setiap siswa perlu menguasai berbagai kemampuan dan kompetensi. Dengan kemampuan atau kompetensi itulah siswa hidup dan berkembang. Umumnya kemampuan dan kompetensi tertentu harus dipelajari . dengan perkataan lain kepemilikan kemampuan dan kompetensi tertentu oleh siswa harus melalui prose belajar. Dalam rangka ini, sekolah dan madrasah harus bisa memenuhi kebutuhan belajar siswa. Salahudin Anas (2010 : 51)

2. Tujuan layanan penguasaan konten
Di dalam makna di atas, secara implisit telah ditegaskan tujuan layanan konten, yaitu agar siswa menguasai aspek –aspek konten (kemampuan atau kompetensi ) tertentu secara terintegrasi.dengan penguasaan konten (kemampuan atau kompetensi) oleh siswa, akan berguna untuk menambah wawasan dan pemahaman , mengarakhkan penilaian dam sikap. Menguasai cra-cara tertentu, dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah –masalahnya. Tujuan layanan konten secara lebih khusus dapat dijabarkan sesuai fungsi-fungsi bimbing dan konseling. Pertama, merujuk kepada fungsi pemahaman , layanan konten bertujuan adalah agar siswa memahami berbagai konten bertujuan adalah agar siswa memahami berbagai konten tertentu ynag mencakup fakta-fakta, konsep, prose, hukum dan aturan, nilai-nilai, persepsi, afeksi, sikap dan tindakan.
Kedua , merujuk kepada fungsi pencegahan , layanan konten bertujuan untuk membantu individu agar tercegah dari masalah masalah tertentu terlebih apabila kontennya terarah kepada terhindirkan individu atau klien dari mengalami tertentu. Ketiga merujuk kepada fungsi pengentasan,layanan penguasaan konten bertujuan untuk mengentaskan atau mengatasi masalah yang sedang dialami oleh siswa. Keempat merujuk kepada fungsi pengembangan dan pemeliharaan, tujuan layanan penguasaan konten adalah untuk mengembangkan potensi didri individu(siswa) sekaligus memelihara potensi –pontensi yang telah berkembang pada diri siswa dan seterusnya sesuai fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah disebutkan di muka. Salahudin Anas (2010 : 52)

3. Isi Layanan Penguasaan Konten
Salahudin Anas (2010 : 53)  Menjelaskan bahwa konten yang merupakan isi layanan ini dapat merupakan satu unit materi yang menjadi pokok bahasa atau materi latihan yang dikembangkan oleh pembimbing atau konselor dan diikuti oleh sejumlah siswa. Isi layanan penguasaan konten dapat mencakup :
a.       Pengembangan kehiduapan pribadi
b.      Pengembangan kemampuan hubungan sosial
c.       Pengembangan kegiatan belajar
d.      Pengembangan dan perencanaan karier
e.       Pengembangan kehidupan berkeluarga
f.       Mengembangan kehidupan beragama
4. Teknik Layanan Penguasaan Konten
            Salahudin Anas (2010 : 54) Mengemukakan bahwa layanan penguasaan konten umumnya diselenggarakan secara langsung ( bersifat direktif) dan tatap muka melalui foramt klasikal, kelompok, atau individual. Pembimbing atau konselor secara aktif menyajikan bahan, memberi contoh, merangsang (memotivasi), mendorong dan menggerakkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif mengikuti materi dan kegiatan layanan. Teknik di atas harus pula didukung oleh dua hal :
a.       Pertama,  melakukan sentuhan-sentuhan tingkat tinggi yang menyangkut aspek-aspek kepribadian dan kemanusiaan siswa terutama aspek-aspek efektif, semangat, nilai-nilai dan moral. Untuk itu, pembimbing atau konselor haru sbisa mewujudkan kewibawaannya yang didasarkan pada kualitas kepribadian, pemberian penguatan dan tindakan tegas yang mendidik
b.      Kedua, pemanfaatan teknologi tinggi guna menjamin kualitas penguasaan konten. Kualitas penguasaan konten hanya bisa diwujudkan melalui penyajian materi pembelajaran yang berkualiatas, penggunaan atau penerapan metode pembelajaran yang tepa t, penggunaan alat bantu yang berkualitas, peniptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif, dan penilain hasil pembelajaran yang tepat.
5.Pelaksanaan layanan penguasaan konten
Salahudin Anas (2010 : 55) Menjelaskan sebagaimana layanan yang lain, pelaksanaan layanan penguasaan konten juga melalui tahap-tahap sebagai berikut: pertama, perencanaan yang mencakup: (a) menetapkan subjek siswa yang akan dilayani (menjadi peserta layanan), (b) menetapkan dan menyiapkan konten yang akan dipelajari secara rinci, (c) menetapkan proses dan langkah –langkah layanan (d) menetapkan dan menyiapkan fasilitaas dan layanan, termasuk media dengan perangkat keras dan lunaknya, dan (e) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan yang mencakup: (a) melaksanakan kegiatan layanan melalui pengorganisasian proses pembelajaran penguasaan konten. (b) mengimplementasikan high touch dan high tech dalam proses pembelajaran. Ketiga evaluasi yang mencakup kegiatan : (a) menetapkan materi evaluasi (b) menetapkan prosedur evaluasi , (c) menyusun instrumen evaluasi, (d) mengaplikasikan instrumen evaluasi dan (e)        mengolah hasil aplikasi instrumen . evaluasi atau penilaian terhadap layanan penguasaan konten dengan tahapan kegiatan di atas: dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu: (c) evaluasi atau penilaian jangka panjang  yang dilaksanakan . waktunya relatif, tergantung luas dan sempitnya program layanan.
Kelima , analisis hasil evaluasi yang mencakup: (a) menetapkan  standar  evaluasi (b) melakukan analisis dan (c) menafsirkan hasil evaluasi.  Keenam , tindak lanjut yang mencakup: (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, (b) mengomunikasikan rencana tidak lanjut kepada siswa dan pihak-pihak lain yang berkait, dan (c) melaksanakan rencana tidak lanjut. Ketujuh, laporan yang mencakup  (a) menyusun laporan pelaksanaan layanan penguasaan konten, (b) menyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait (khususnya kepala sekolah atau madrasah) sebagai penanggung jawab utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah, dan (c) mendokumentasikan laporan layanan.

E. Layanan Konseling Perorangan
1. Makna layanan konseling perorangan
Layanan konseling perorangan bermakna layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang pembimbing (konselor) terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien. Konseling perorangan berlangsung dalam suasana komunikasi atau tatap muka secara langsung antara konselor dengan klien . pembahasan masalah dalam konseling perorangan bersifat holistik dan mendalam serta menyentuh hal-hal penting tentang diri klien (sangat mungkin menyetuh rahasia pribadi klien), tetapi juga bersifat spesifik menuju ke arah pemecahan masalah. Melalui konseling perorangan, klien akan memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya, serta kemungkinan upaya untuk mengatatasi masalah. Daryanto dan Farid (2013: 145)

2. Tujuan layanan konseling perorangan
Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar klien memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga klien mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain, konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami klien. Secara lebih khusus, tujuan layanan konseling perorangan adalah merujuk kepada fungsi-fungsi bimbingan dan konseling sebagaimana telah dikemukakan di muka. Pertama, merujuk kepada fungsi pemahaman , maka tujuan layanan konseling adalah agar klien memahami seluk-beluk yang dialami secara mendalam dan komprehensif, positif, dan dinamis. Kedua, merujuk kepada pengentasan, maka layanan konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan klien dari masalah yang dihadapinya. Ketiga, dilihat dari fungsi pengembangan dan pemeliharaan, tujuan layanan konseling perorangan adalah untuk mengembangkan potensi-potensi individu dan memelihara unsur-unsur positif yang ada pada diri  klien. Dan seterusnya sesuai dengan fungsi-funngsi bimbingan dan konseling di atas. Daryanto dan Farid (2013 : 146)

3. Isi layanan konseling perorangan
Beerbeda dengan layanan-layanan lain seperti disebutkan di atas, isi layanan konseling perorangan tidak ditentukan oleh konselor (pembimbing) sebelum proses konseling dilaksanakan. Dengan perkataan lain, masalah yang dibicarakan dalam konseling perorangan tidak ditetapkan oleh konselor sebelum proses konseling dilaksanakan. Persoalan atau masalah sesungguhnya baru dapat diketahui setelah dilakukan identifikasimelalui proses konseling. Setelah dilakukan identifikasi baru ditetapkan masalah mana yang akan dibicarakan dan dicarikan alternatif pemecahannya melalui proses konseling dengan berpegang pada prinsip skala perioritas pemecahan masalah. Masalah yang akan dibicarakan (yang menjadi isi layanan konseling perorangan) sebaiknya ditentukan oleh peserta layanan (siswa) sendiri dengan mendapat pertimbangan dari konselor.
Masalah-masalah yang bisa dijadikan isi layanan konseling perorangan mencakup : (a) masalah-masalah yang berkenaan dengan bidang pembangan pribadi, (b) bidang pengembangan sosial (c) bidang pengembangan penddikan atau kegiatan belajar (d) bidang pengembangan karier, (e) bidang pengembangan kehidupan berkeluerga, dan (f) bidang pengembangan kehidupan beragama. Semua bidang-bidang di atas bisa dijabarkan ke dalam bidang –bidang yang lebih spesifik untuk dijadkan isi layanan konseling perorangan. Dengan perkataa lain, pembahasan masalah dalam konseling perorangan bersifat meluasn meliputi berbagai sisi yang menyangkut maslah klien (siswa) namun juga bersifat spesifik menuju ke arah pengentasan masalah . misalnya masalah yang berkenaan dengan bidang pembangan pendidikan atau kegiatan belajar, bisa menyakut tentang kesulitan belajar, siakp, dan perilaku belajar, presentasi rendah, dan lain sebagainya. Daryanto dan Farid (2013 : 147)

4. Teknik layanan konseling perorangan
Implementasi teknik layanan konseling perorangan bisa merujuk kepada tekink-teknik layanan konseling secara umum (akan dibahas dalam bab tersendiri ). Konseling yang efektif bisa diwujudkan melalui penerapan berbagai teknik secara tepat (high touch) terlebih apabila didukung oleh teknik-teknik yang bernuasa high tech. Melalui perpaduan tekinik tersebut, konselor (pembimbing ) dapat diwujudkan konseling yang efektif sehingga dapat pula mengembangkan dan membina klien (siswa) agar memiliki kompetensi yang berguna bagi mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Selain itu untuk dapat mengembangkan proses layanan konseling perorangan secara efektif untuk mencapai tujuan layanan. Juga perlu diterapkan teknik-teknik sebagai berikut: pertama, kontak mata . kedua kontak psikologis . ketiga ajakan berbicara. Keempat penerapan tiga M (mendengar dengan cermat, memahami secara tepat, dan merespons secara tepat dan positif). Kelima keruntutan . keenam pertanyaan terbuka. Ketujuh dorongan minimal. Delapan refleksi isi . kesembilan penyimpulan kesepuluh, penafsiran. Kesebelas konfontasi. Keduabelas ajakan untuk memikirkan sesuatu yang lain. Ketigabelas peneguhan hasrat . keempatbelas penfrustasian klien. Kelimabelas strategi tidak memanfaatkan klien.keenambelas suasana diam. Daryanto dan Farid (2013 : 148)
Ketujuhbelas transferensi dan kontra transferensi, kedeiapanbelas, teknik eksperiensial. Kesembilanbelas interpretasi pengalaman masa lampau. Keduapuluh, asosiasi bebas. Keduapuluh satu, sentuhan jasmaniah. Keduapuluh dua, penialain, keduapuluh tiga, pelaporan. Teknik-teknik di atas diterapkan secara eklektik, dalam arti tidak harus berurutan di mana yang satu mendahulu yang lainnya, melainkan dipilih dan terpadumengacu kepada kebutuhan proses konseling.

5. Pelaksanan Layanan Konseling Perorangan
Daryanto dan Farid (2013 : 148) Menjelaskan bahwa seperti halnya layanan-layanan yang lain, pelaksanan layanan konseling perorangan, juga menempuh beberapa tahapan kegiatn, yaitu perencanaan, pelaksanaan evaluasi, analisis hasil evalusi, tindak lanjut, dan laporan. Pertama, perencanaan yang meliputi kegiatan: (a) mengidentifikasi klien, (b) mengatur pertemuan, (c) mempersiapkan tempat dan perangat teknis penyeleggaraan pelayanan, (d) menetapkan fasilitas layanan, (e) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan yang meliputi kegiatan: (a) menerima klien, (b) menyelenggara-kan penstrukturan, (c) membahas masalah klien dengan menggunakan teknik-teknik, (d) mendorong pengentasan masalah klien (bisa digunakan teknik-teknik khusus) (e) memantapkan komitmen klien dalam pengentasan masalahnya, (f) melakukan penilaian segera. Ketiga, melakukan evaluasi jangka pendek.     
Keempat, menganalisis hasil evaluasi (menafsirkan hasil konseling perorangan yang telah dilaksanakan). Kelima, tindak lanjut meliputi kegiatan (a) menetapkan jenis arah tindak lanjut, (b)mengomunikasikan rencana  tindak lanjut  kepada  pihak-pihak  terkait dan (c) melaksanakan rencana tindak lanjut. Keenam, laporan yang meliputi kegiatan: (a) menyusun laporan layanan konseling perorangan, (b) menyampaikan laporan kepada sekolah atau madrasah dan pihak lain terkait, dan (c) mendokumentasikan lapran.

F. Layanan Bimbingan Kelompok
1. Makna Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupaka suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas, dan dinamika kelompok harus diwijudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan. Dalam layanan bimbingan kelompok dibahas topik-topik umunm yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok. Masalah yang menjadi topik pembicaraan dalam layanan bimbingan kelompok, dibahas melalui suasana dinamika kelompok secara intens dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan pemimpin kelompok (pembimbing atau konselor). Dalam layananan bimbingan kelompok harus dipimpin oleh pemimpin kelompok. Pemimpin Kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwewenang menyelenggarakan praktik pelayanan bimbingan dan konseling.
Muhaimin Akhmad (2013 : 88) Menjelaskan mengenai tugas utama pemimpin kelompok adalah :pertama, membentuk kelompok sehingga terpenuhi syarat-syaratkelompok yang mampu secara aktf mengembangkan dinamika kelompok, yaitu: (a) terjadinya hubungan anggota kelompok menuju keakraban di antara mereka (b) tumbuhnya tujuan bersama di antara kelompok dalam suasana kebersamaan, (c) berkembangannya itikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok, (d) terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok, sehingga mereka masing-masing mampu berbicara, (e) terbinanya kemandirian kelompok, sehingga kelompok berusaha dan mampu tampil beda dari kelompok lain. Kedua, memimpin kelompok yang bernuasan layanan konseling melalui konseling melalui bahasa konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling.

Ketiga, melakukakan penstrukturan, yaitu membahas bersama angota kelompoktentang apa, mengapa, dan bagaimana layanan konselimg kelompok dilaksanakan. Keempat, melakukan pentahapan. kegiatan konseling kelompok. Kelima, memberikan penilaian segera hasil layanan konseling kelompok. Keenam, melakukan tindak lanjut. Untuk menunjang kemampuannya menjalankan tugas seperti tersebut diatas , pembimbing Atau  konselor dituntut untuk pertama, mampu membentuk kelompok dan mengarahkannnya sehingga terwujud dinamika kelompok dala, suasana interaksi antara anggota kelompok yang bebas, terbuka, demokratis, konstruktif, saling mendukungan meringankan beban,menjelaskan, memberikan pencerahan, emberika rasa nyaman, menggembirakan dan membahagiakan, serta mencapai tujuan bersama kelompok. Memiliki wawasan yang luas dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani, meningkatkan, memperluas, dan mensinergikan konten yang tumbuh dalam aktivitas kelompok. Konten bahasan merupakan isi atau materi yang dibahas dalam sesi layanan bimbingan kelompok yang mencakup fakta atau data, konsep,proses,hukum dan aturan, nilai,persepsi,afeksi,serta sikap dan tindakan baik langsung maupun tidak langsung. Ketiga, memiliki kemampuan berinteraksi (hubungan) antara personal yang hangat dan nyaman, sabar dan memberi kesempatan, demokrasi dan kompromistik (tidak antagonistik) dalam mengambil kesimpulan, dan keputusan, tidak memaksanakan dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura disiplin dan kerja keras.
2. Tujuan layanan bimbingan kelompok   
Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya pengembangan kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa). Secara lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi,wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal para siswa. Muhaimin Akhmad (2013 : 89)

3. Isi layanan bimbingan kelompok
Layanan bimbingan kelompok membahas materi atau topik-topik umum baik topik bebas. Yang dimaksud topik tugas adalah topik atau pokok bahasan yang diberikan oleh pembimbingan (pemimpinan kelompok) kepada kelompok untuk dibahas. Sedangkan topik bebas adalah suatu topik atau pokok pembahasan yang dikemukakan anggota kelompok mengemukakan topik secara bebas, selajutnya dipilih mana yang akan dibahas terlebih dahulu dan seterusnya. Topik-topik yang dibahas dalam layanan bimbingan kelompok baik topik bebas maupun topik tugas dapat mencakup bidang-bidang pengembangan kepribadian, hubungan sosial,pendidikan, karier,kehidupan berkeluarga, kehidupan beragama, dan lain sebagainya. Topik pembahasan bidang-bidang di atas dapat diperluas ke dalam sub-subbidang yang relevan. Misalnya pengembangan bidang pendidikan dapat mencakup masalah cara belajar, kesulitan belajar, gagal ujian, dan lain sebagainya. Muhaimin Akhmad (2013 : 90)

4. Teknik layanan bimbingan kelompok
Ada beberapa teknik yang bisa diterapkan dalam layanan bimbingan kelompok, yaitu teknik umum dan permainan kelompok. Pertama teknik umum dalam teknik ini, dilakukan pengembangan dinamika kelompok. Secara garis besar, teknik-teknik ini meliputi: (a) komunikasi multi arah secara efektif dinamis dan terbuka, (b) pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan,diskusi, analisis, dan pengembangan argumentasi, dan pembahasan, (c) dorongan minimal untuk memantapkan respons dan aktivitas anggota kelompok, (d) penjelasan pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan respons dan aktivitas anggota kelompok, (e) pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki. Teknik-teknik di atas diawali dengan teknik penstrukturan guna memberikan penjelasan dan pengarahan pendahuluan tentang layanan bimbingan kelompok. Selajutnya, bisa juga dilakukan kegiatan selingan berupa permainan dan lain sebagainya untuk memperkuat jiwa kelompok, memantapkan pembahasan, dan atau relaksasi. Sebagai penutup, diterapkan teknik pengakhiran atau melaksanakan kegiatan pengakhiran. Muhaimin Akhmad (2013 : 91)
Kedua, permainan kelompok, permainan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok baik sebagai selingan maupun sebagai wahana yang memuat materi pembinaan atau materi layanan tertentu. Permainan kelompok yang efektif dan dapat dijadikan sebagai teknik dalam layanan bimbingan kelompok harus memenuhi ciri-ciri sebagi berikut: (a) sederhana, (b) menggembirakan, (c) menimbulkan suasana rilek dan tidak melelahkan, (d) meningkatkan keakraban , dan (e) diikuti oleh anggota kelompok. Konselor atau anggota kelompok dapat secara kreatif mengembangkan bentuk-bentuk dan jenis permainan tertentu yang relevan dengan materi bahasan layanan bimbingan kelompok.

5. Pelaksanan layanan bimbingan konseling
Muhaimin Akhmad (2013 : 92) Mengemukakan layanan bimbingan kelompok menepuh tahap-tahap kegiatan sebagai berikut: (a) mengidentifikasi topik yang akan dibahas dalam layanan bimbingan kelompok, (b) membentuk kelompo. Kelompok yang terlalu kecil (misalnya hanya 2-3 orang saja) tidak efektif untuk layanan bimbingan kelompok karena kedalaman dan bervariasi pembahasan menjadi berkurang dan dampak layanan juga menjadi terbatas. Sebaiknya kelompok yang terlalu besar pun tidak efektif, karena akan mengurangi tingkat partisipasi aktif individual dalam kelompok. Kelompok juga kurang efektif apabila jumlah anggotanya melebihi 10 orang. Kelompok yang ideal jumlah anggota antara 8-10 orang , (c) menyusun jadwal kegiatan, (d) menentapkan prosedur layanan, (e) menetapkan fasilitas layanan, (f) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan: (a) mengkomunikasikan rencana layanan bimbingan kelompok, (b) mengorganisasikan kegiatan layanan bimbingan kelompok, (c) menyelenggaran layanan bimbingan kelompok melalui tahap-tahap: (1) pembentukan, (2) peralihan (3) kegiatan dan, (4) pengakhiran. Ketiga, evaluasi yang mencakup kegiatan (a) menetapkan materi evaluasi (apa yang akan dievaluasi), (b) menetapkan produser dan standar evaluasi, (c) menyusun instrumen evaluasi, (d) mengoptimalisasikan instrumen evaluasi, (d) mengolah hasil aplikasi instrumen.
Keempat, analisis hasil evaluasi yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan norma atau standar analisis, (b) melakukan analisis, dan (c) menafsirkan hasil analisis. Kelima, tindak lanjut yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, (b) mengomunikasikan rencana tidak lanjut kepada pihak-pihak yang terkait, (c) melaksanakan rencana tidak lanjut. Keenam, laporan yang mencakup kegiatan: (a) menyusun laporan. (b) menyampaikan laporan kepada kepala sekolah atau madrasah dan pihak-pihak lain yang terkait. (c) mendokumentasikan laporan layanan.

G. layanan Konseling Kelompok
1. makna layanan konseling kelompok
        Husari Achan (2008 : 27) Menjelaskan bahwa layanan konseling kelompok mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi peserta layanan. Dalam konseling kelompok dibahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Masalah pribadi dibahas melalui seasana dinamika kelompok yang interns dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan pemimpin kelompok (pembimbing atau konselor). Berdasarkan deskripsi diatas, layanan konseling kelompok dapat dimaknai sebagai suatu upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok malalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. Dengan perkataan lain, konseling kelompok juga bisa dinamaknai sebagai suatu upaya pemberian bantuan kepada individu (siswa) yang mengalami masalah-masalah pribadi melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. Didalam layanan konseling kelompok, dinamika kelompok harus dapat dikembangakan secara baik, sehingga mendukung pencapaian tujuan pelayanan secara efektif. Sebagaimana hanya bimbingan kelompok, konseling kelompok harus dipimpin oleh seorang pembimbing (konselor) terlatih Dan berwewenang menyelenggarakan praktek konseling profesional. Dalam konseling kelompok,tugas pimpinan kelompok adalah :
a.         Pertama, Membentuk kelompok yang terdiri atas 8 – 10 orang, sehingga terpenuhi syarat-syarat kelopok yang mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok, yaitu (a) terjadinya hubungan antara anggota kelompok menuju keakraban diantara mereka, (b) tumbuhnya tujuan bersama diantara anggota kelompok dalam susunan keakraban, (c) berkembangnya itikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok, (d) terbinanya kemandirian pada setiap anggota kelompok, sehingga mereka masing-masing mampu berbicara, (e) terbina kemandirian kelompok sehingga kelompok berusa dan mampu tampil beda dari kelompok lainnya.
b.         Kedua, Memimpin kelompok yang bernuansa layanan konseling melalui bahasa konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling. Pemimpin kelompok dituntut untuk menghidupkan dinamika kelompok diantara semua peserta secara intensif yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus layanan konseling kelompok
c.         Ketiga, melakukan penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok  tentang apa, mengapa dan bagaimana layanan konseling kelompok dilaksanakan.
d.         Keempat, melakukan pentahapan kegiatan konseling kelompok.
e.          Kelima, memberikan penilaian segera hasil layanan konseling kelompok.
f.          Keenam, melakukan tindak lanjut layanan konseling kelompok.
Husari Achan (2008 : 27). Menjelaskan untuk dapat menjalankan tugas dan kewajiban profesional secara baik seperti tersebut diatas, seorang pemimpin kelompok dalam layanan konseling kelompok harus mampu :
a.       Pertama, membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi dinamika kelompok dalam suasana interaksi antara anggota kelompok yang bebas, terbuka dan demokratis, konstruktif, saling mendukung dan meringankan beban, menjelaskan, memberikan pencerahan, memberikan rasa nyaman, menggembirakan serta mencapai jutuan bersama kelompok.
b.      Kedua, berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani, meningkatkan, memperluas dan mensinergikan konten bahasa yang tumbuh dalam kativitas kelompok
c.       Ketiga, memiliki kemampuan hubungan antara personal yang hangat dan nyaman, sabat dan memberi kesempatan, demokratis dan kompromistik atau tidak antagonistik dalam mengambil kesimpulan dan keputusan, tanpa memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura disiplin dan kerja keras.
2. Tujuan Layanan Konseling
                 Husari Achan (2008 : 28). Menjelaskan bahwa Secara umum tujuan layanan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya. Melalui layanan konseling kelompok hal-hal dapat menghambar atau mengganggu sosialisasi dan komunikasi siswa diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi siswa berkembang secara optimal. Melalui layanan konseling kelompok juga dapat dientaskan masalah klien (siswa) dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Selanjutnya secara khusus, oleh karena folus layanan konseling kelompok adalah masalah pribadi individu peserta layanan, maka layanan konseling kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut, para peserta memperoleh dua tujuan sekaligus yaitu :
a.              Pertama, terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi.
b.             Kedua, terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain yang menjadi peserta layanan.
3. Isi Layanan Konseling Kelompok
                        Layanan konseling kelompok membahas masalah masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan masalah pribadinya secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan dibahas dan dientaskan terlebih dahulu dan seterusnya. Husari Achan (2008 : 29).

4. Teknik Layanan Konseling Kelompok
                        Husari Achan (2008 : 30). Menjelaskan secara umum teknik-teknik yang diterapkan dalam layanan bimbingan kelompok bisa diterapkan dalam layanan konseling kelompok. Beberapa teknik yang bisa digunakan dalam layanan konseling kelompok adalah :
a.       Pertama, teknik umum (pengembangan dinamika kelodmpok). Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan konseling kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok untuk mencapai tujuan layanan. Adapun teknik-teknik tersebut secara garis besar meliputi :
a)      Komunikasi multiarah secara efektif dinamis dan terbuka
b)      Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis dan pengembangan argumentasi
c)      Dorongan minimal untuk memantapkan respons aktivitas anggota kelompok
d)     Penjelasan, pendalaman dan pemberian contoh untuk lebiih memantapkan analisis, argmentasi dan pembahasan.
e)      Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki.
Sebagaimana halnya layanan bimbingan kelompok, implementasi teknik-teknik di atas juga diawali dengan penstrukturan untuk memberikan penjelasan dan pengarahan pendahuluan tentang layanan konseling kelompok. Selain itu, berbagai kegiatan selingan ataupun permainan daapt diselenggarakan untuk memperkuat jiwa kelompok, memanrapkan pembahasan, atau relaksasi. Sebagai penutup, kegaitan pengakhiran (teknik Mengakhiri) daapt dilaksanakan.
b.      Kedua, teknik permainan kelompok. Dalam layanan konseling kelompok dapat ditetapkan teknik permainan baik sebagai selingan maupun sebagai wahana (media) yang memuat materi pembinaan tertentu. Permainan kelompok yang efektif harus memenuhi ciri-ciri sebgai berikut :
a)      Sederhana
b)      Mengembirakan
c)      Menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan
d)     Meninggalkan keakraban pembimbing harus memilih jenis-jenis permainan yang relevan dengan materi pembahasan dalam kegiatan layanan.
5.Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok
            Husari Achan (2008 : 31). Mengemukakan Sebagaimana layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok juga menempuh tahap-tahap sebagai berikut : perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut dan laporan.
1)        Pertama, Perencanaan yang mencangkup kegiatan :
a.       Membentuk kelompok. Ketentuan membentuk kelompok sama dengan bimbimbingan kelompok. Jumlah anggota kelompok dalam konseling kelompok antara 8-10 orang (tidak boleh melebihi 10 orang)
b.      Mengidentifikasi dan menyakinkan klien (siswa) tentang perlunya masalah dibawa ke dalam layanan  konseling kelompok
c.       Menempatkan klien dalam kelompok
d.      Menyusun jadwal kegiatan
e.       Menetapkan prosedur layanan
f.       Menetapkan fasilitas layanan
g.      Menyiapkan kelengkapan administrasi

2)             Kedua, pelaksanaan yang mencangkup kegiatan :
a.       Mengomunikasikan rencana laynan konseling kelompok
b.      Mengorganisasikan kegiatan layanan konseling kelompok
c.       Menyelenggarakan layanan konseling kelompok melalui tahap-tahap :
-          Membentukan
-          Peralihan
-          Kegiatan
-          Pengakhiran

3)             Ketiga, Evaluasi yang mencangkup kegiatan :
a.       Menetapkan materi evaluasi
b.      Menetapkan prosedur evaluasi
c.       Menyusun instrumen evaluasi
d.      Mengoptimalisasikan instrumen evaluasi
e.       Mengelola hasil aprikasi intrumen

4)             Keempat analiasis hasil evaluasi yang mencakup kegiatan :
a.       Menetapakan norma dan standar analisis
b.      Melakukan analisis
c.       Menafsirakan hasil analisis
,
5)                 Kelima, tindak lanjut yang mencakup kegiatan :
a.       Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut
b.      Mengomunikasikan acara tindak lanjut kepada pihak-pihak yang terkait
c.       Melaksanakan rencana tindak lanjut

6)             Keenam, laporan mencakup kegiatan :
a.       Menyusun laporan layanan konseling kelompok
b.      Menyampaikan laporan kelompok
c.       Mengomunikasikan laporan layanan

H. Layanan Konsultasi
                1. Makna Layanan Konsultasi
                        Layanan konseultasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor (pembimbing) terhadap seorang pelanggan (konsulti) yang memungkinkannya memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi atau permasalahan pihak ketiga. menyatakan bahwa konsultasi pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka antara konselor (sebagai konsultan) engan konsulti. Konsultasi juga dapat dilaksanakan terhadap dua orang konsulti atau lebih, terutama apabila konsulti-konsulti itu menghendakinya. Dalam layanan konsulti, ada tiga pihak yang tidak bisa dipisahkan yaitu konselor, konsulti dan pihak ketiga. Konselor merupakan tenaga ahli konseling (tenaga profesional) yang memiliki kewenagan melakukan pelayanan individu yang meminta bantuan kepada konselor agar dirinya mampu menangani kondisi atau masalah yang dipahami pihak ketiga yang setidaknya sebagai menjadi tanggung jawabnya sedangkan pihak ketiga adalah individu yang kondisi atau permasalannya dipersoalkan oleh konsulti.
Dilingkungan sekolah atau madrasah yang bisa menjadi konsulti adalah kepala sekolah atau kepala madrasah, guru-guru dan orang tua siswa. Apabila yang menjadi konsulti adalah kepala sekolah, maka pihak ketiganya bisa gur dan siswa. Apabila yang menjadi konsulti adalah guru, maka pihak ketiganya adalah siswa. Sedangkan apabila yang menjadi konsultinya adalah orang tua, maka pihak ketiganya adalah pihak anak (terutama yang berstatus sebagai siswa di sekolah atau di madrasah yang bersangkutan). Masalah-masalah yand dikonsultasikan mencakup berbagai hal yang dialami pihak ketiga dalam hidup sehari-hari tertama manyangkut statusnya sebagai siswa baik di sekolah atau madrasah maupun di rumah serta di lingkungannya. Tohirin (2008 : 95)

2. Tujuan Layanan Konsultasi
            Secara umum layanan konsultasi bertujuan agar klien (siswa) dengan kemampuannya sendiri dapat menangani kondisi atau permasalahan yang dialami oleh pihak ke tiga. Pihak ketiga adalah orang yang mempunyai hubungan baik dengan konsulti, sehingga permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga setidaknya sebagian menjadi tanggung jawab konsulti. Secara lebih khusus, tujuan layanan konsultasi adalah agar konsulti memiliki kemampuan diri yang berupa wawasan, pemahaman dan cara bertindak yang terkait langsung dengan suasana atau permasalahan pihak ketiga. Dengan kemampuan diri yang dimiliki konsulti, ia akan melakukan sesuatu (menerapkan hasil konsultasi dengan konsultan) terhadap pihak ketiga. Proses konsultasi yang dilakukan oleh konsulti terhadap konselor dan proses pemberian bantuan oleh konsulti kepada pihak ketiga, bertujuan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh pihak ketiga. Tohirin (2008 : 96)

            3. Isi Layanan Konsultasi
                        Isi layanan konsultasi dapat mencakup berbagai bidang pengembangan sebagaimana telah disebutkan diatas. Layanan konsultasi dapat menyangkut pengembangan bidang pribadi, hubungan sosial, pendidikan, karier, kehidupan berkeluarga dan kehidupan beragama. Dengan perkataan lain, isi layanan konsultasi dapat menyangkut berbagai bidang kehidupan yang luas yang dialami oleh individu-individu (pihak ketiga). Terhadap siswa di sekolah dan madrasah, masalah-masalah yang dikonsultasikan hendaknya lebih diprioritaskan pada hal-hal yang berkaitan dengan status siswa sebagai pelajar. Tohirin (2008 : 97)

            4. Teknik Layanan Konsultasi
                        Tohirin (2008 : 98) Mengemukakan bahwa sebagaimana layanan yang lain seperti telah disebutkan di atas, layanan konsultasi juga memerlukan teknik-teknik tertentu. Secara umum ada dua teknik layanan konsultasi yaitu teknik umum dan khusus.
a.         Pertama, teknik umum. Teknik umum merupakan sejumlah tindakan yang dilakukan konselor (konsultan) untuk mengembangkan proses konseling konsultasi. Teknik ini diawali dengan menerima klien (konsulti), mengatur posisi duduk, mengadakan penstrukturan, mengadakan analisis dan diskusi tentang permasalahan yang dihadapi hingga mengadakan penilaian dan laporan.
Secara umum teknik-teknik konseling sebagaimana dibahas dalam bab tentang teknik-teknik konseling dapat diterapkan dalam layanan konsultasi. Di dalam keseluruhan proses layanan konsultasi, digunakan teknik-teknik yang membangun hubungan (seperti kontak mata, kontak prikologis, dorongan minimal), mengembangkan dan mendalami masalah (seperti ajakan berbicara, tiga-M, refleksi, pertanyaan terbuka, penyimpulan dan penafsiran, keruntutan, konfrontasi, suasana diam, transferensi dan kontra transferensi, teknik eksperiensial dan asosiasi bebas), serta membangun semagat.
b.        Kedua, teknik khusus. Teknik ini dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku klien (konsulti), terutama berkenaan dengan masalah yang dipahami pihak ketiga. Teknik ini diawali dengan perumusan tujuan, yiatu hal-hal yang ingin dicapat klien (konsulti) dalam berntuk prilaku nyata, pengembangan prilaku itu sendiri, sehingga peneguhan hasrat, pemberian nasihat, penyusunan kontrak, dan apabila perlu alih tangan kasus. Pengubahan prilaku meliputi pemberian informasi dan contoh, latihan khusus (seperti penanganan, dsentisasi atau sentisasi, kursi kosong, permainan peran atau dialogi.
5.Pelaksanaan Layanan Konsultasi
                                    Tohirin (2008 : 99). Menjelaskan bahwa pelaksanaan layanan konsultasi menempuh beberapa tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi analisis hasil evaluasi, dan tidak lanjut serta laporan.
a.       Pertama, perencanaan yang meliputi kegiatan :
a)      Mengidentifikasi konsulti
b)      Mengatur pertemuan
c)      Menetapkan fasilitas layanan
d)     Menyiapkan kelengkapan administrasi
b.      kedua,  pelaksanaan yang mencakup kegiatan :
a)      Menerima konsulti
b)      Menyelenggarakan penstrukturan konsultasi
c)      Membahas masalah pihak ketiga yang dibawa oleh konsultasi
d)     Mendorong dan melatih konsultasi untuk mampu menangani masalah yang dialami oleh pihak ketiga dan memanfaatkan sumber-sumber yang ada berkenaan dengan pembahasan masalah pihak ke tiga.
e)      Membina komitmenkonsulti untuk menangani masalah pihak ketiga dengan bahasa dan cara-cara konseling
f)       Melakukan penilaian segera
c.       Ketiga, evaluasi. Penilaian atau evaluasi layanan konsultasi mencakup tiga aspek atau tiga ranah, yaitu :
a)      Pemahaman yang diperoleh konsultan
b)      Perasaan yang berkembang pada diri konsulti
c)      Kegiatan apa yang akan ia laksanakan setelah proses konsultasi berakhir
Berkenaan dengan oprasionalisasi layanan konsultasi, penilaian yang perlu dilakukanadalah penilaian jangka pendek yang fokusnya adalah bagaimana konsulti melaksanakan hasil konsultasi guna mengangani masalah pihak ketiga. Dengan perkataan lain, penilaian disini difokuskan pada bagaimana keterlaksanaan hasil konsulatasi dalam rangka mengatasi masalah pihak ketiga
d.      Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini yang dilakukan adalah menafsirkan hasil evaluasi berkenaan dengan diri pihak ketiga dan konsulti diri
e.       Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan konsultasi lanjut dengan konsulti guna membicarakan hasil evalaluasi serta menentukan arah dan kegiatan lebih lanjut.
f.       Keenam, laporan yang meliputi kegiatan :
a)      Membicarakan dengan konsulti tentang laporan yang diperlukan oleh konsulti
b)      Mendokumentasikan laporan layanan konsultasi.

I.                   Layanan Mediasi
1.    Makna Layanan Mediasi
Istilah mediasi terkait dengan istilah media yang berasal dari kata medium yang berarti perantara. Dalam literatur Islam istilah mediasi sama dengan wasilah yang juga berarti perantara. Berdasarkan arti di atas, mediasi bisa dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengantarai atau menjadi wasalah atau menghubungakan yang semula terpisah. Juga bermakna menjalain hubungan antara dua kondisi yang berbeda dan mengadakan kontak sehingga dua pihak yang semula terpisah saling terkait. Melalui  mediasi atau wasilah dua pihak yang sebelumnya terpisah menjadi saling terkait, saling mengurangi atau meniadakan jarak, saling memperkecil perbedaan sehingga jarak keduannya menjadi lebih dekat. Layanan mediasi merupakan layanan konseling yand dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan. Berdasarkan makna ini, layanan mediasi juga berarti layanan atau bantuan terhadap dua pihak atau yang sedang dalam kondisi bermusuhan. Berbeda dengan layanan yang lain trutama layanan konseling perorangan, dalam layanan mediasi konselor atau pembimbing menghadapi klien (siswa) yang terdiri atasw dua pihak atau lebih, dua orang atau lebih, dua kelompok atau lebih. Dengan perkataan lain, kombinasi antara sejumlah individu dan kelompok. Salahudin Anas (2010 : 55)

2.         Tujuan Layanan Mediasi
Salahudin Anas (2010 : 56) Menjelaskan secara umum, layanan mediasi bertujuan agar mencapai kondisi hubungan yang positif dan kondusif di antara para klien atau pihak-pihak yang berkaitan atau bermusuhan. Dengan perkataan lain agar tercapai hubungan yang positif dan kondusif di antara siswa yang berikai atau bermusuhan. Secara lebih khusus, layanan mediasi bertujuan agar terjadi perubahan atas kondisi awal yang negatif (bertikai atau bermusuahn) menjadi kondisi baru (kondusif dan bersahabat) dalam hubungan antara kedua belah pihak yang bermasalah. Terjadinya perubahan kondisi awal yang cenderung negatif kepada kondisi baru yang positif, misalnya :
a.       Rasa permusuahan terhadap pihak lain menjadi rasa damai terhadap pihak lain
b.      Adanya perbedaan dibanding yang lain menjadi adanya kebersamaan
c.       Sikap menjauhi pihak lain menjadi mendekati pihak lain
d.      Sikap mau menang sendiri terhadap pihak lain menjadi sikap mau memberi dan menerima pihak lain
e.       Sikap membalas menjadi sikap memanfaatkan
f.       Sikap kasar dan negarif menjadi sikap lembut dan positif
g.      Sikap mau benar sendiri menjadi sikap memahami
h.      Sikap bersaing menajdi sikap toleran.

3.      Isi Layanan Mediasi
Salahudin Anas (2010 : 57). Mengemukakan bahwa isi atau masalah yang dibahas dalam layanan mediasi adalah hal-hal yang berkenaan dengan hubungan yang menjadi antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang sedang bertikai. Masalah-44masalah tersebut dapat mencakup :
a.       Pertikaian atas kepemilikan sesuatu
b.      Kejadian dadakan antara siswa atau sekelompok siswa
c.       Perasaan tersinggung
d.      Dendam dan sakit hati
e.       Tuntutan atas hak dan lain sebagainya.
Berdasarkan cakupan diatas, isi atau masalah yang dibahas dalam layanan mediasi lebih banyak berkenaan dengan masalah-masalah individu yang berhubungan dengan orang lain atau lingkungannya. Masalah-masalah yang menjadi isi layanan mediasi atau yang dibahas dalam layanan mediasi bukan masalah yang bersifat kriminal. Dengan perkataan lain individu atau kelompok yang menjadi klien dalam layanan mediasi, tidak sedang terlibat dalam kasus kriminal yang menjadi urusan polisi.

4.      Teknik Layanan Mediasi
Salahudin Anas (2010 : 58). Mengemukakan bahwa penerapan teknik tertentu dalam konseling termasuk layanan mediasi, pada prinsipnya bertujuan antara lain untuk mengaktifkan peserta lainnya (siswa) dalam proses layanan. Khusus layanan mediasi, semua peserta secara individual didorong untuk secara aktif berpartisipasi dalam proses layanan. Ada dua teknik yang bisa diterapkan dalam layanan mediasi yaitu teknik umum dan khusus.
a.       Pertama, teknik umum. Yang termasuk kedalam teknik umum adalah :
a)      Penerimaan terhadap klien dan posisi duduk. Proses layanan mediasi diawali denagan penerimaan terhadap klien untuk memasuki layanan. Suasana penerimaan harus dapat mencerminkan suasana perngormatan, keakreban, kebahagian dan keterbukaan terhadap semua calon peserta layanan sehingga timbul suasana kondusif proese layanan mediasi
b)      Pengstrukturan. Melalui penstrukturan, konselor mengembangkan pemahaman peserta layanan tentang apa, mengapa, untuk apa, dan bagaimana layanan mediasi itu. Dalam penstrukturan juga dikembangkan tentang pentingnya asas-asas konseling dalam layanan mediasi terutama asas kerahasiaan, keterbukaan, dan kesukarelaan. Selain itu juga harus dikembangkan pemahaman terhadap klien bahwa konselor tidak menihak, kecuali kepada kebenaran
c)      Ajakan untuk berbicara. Apabila melalui penstrukturan para siswa belum mau bicara, khususnya berkenaan dengan pokok perselisihan mereka yang memerlukan mediasi, konselor harus mengajak siswa mulai membicarakannya. Ajakan berbicara dapat diawali dengan upaya konselor (pembimbing) mencari tahu adanya permasalahan yang dialami para siswa dan bagaimana konselor dapat bertemu dengan mereka. Ajakan berbicara dilakukan oleh konselor denga mengemukakan pokok-pokoknya saja dan tidak memberikan penafsiran-penafsiran atau pun harapan-harapan karena hal itu semua akan menjadi substansi bahasan tahap-tahap proses selanjutnya.
b.      Kedua, teknik khusus. Teknik-teknik khusus konseling perorangan bisa diterapkan dalam layanan mediasi. Taknik ini diterapkan dalam layanan mediasi bertujua untuk mengubah tingkah laku para peserta layanan (siswa yang berselisih). Beberapa teknik khusus yang bisa diterapkan dalam layanan mediasi adalah :
a)      Informasi dan contoh pribadi. Teknik ini diterapkan apabila siswa benar-benar memerlukan. Informasi harus diberikan secara jelas dan objektif, sedangkan contoh pribadi harus diberikan secara sederhana dan berlebihan.
b)      Perumusan tujuan pemberian contoh dan latihan bertingkah laku. Teknik ini diarahkann untuk terbentuknya tingkah laku baru. Latihan beritingkah laku, khususnya cara berhubungan atau berkomunikasikan dapat dilaksanakan melalui teknik kursi kosong. Misalnya :
1)      Latihan keluguan dan bermain peran atau dialog yang diarahkan untuk terbinanya komunikasi yang objektif, jujur, bermoral, dan tanggung jawab.
2)      Latihan penenagan, desensitisasi atau sensitisasi bertujuan untuk terhindarnya klien (siswa) dari hal-hal yang mengganggu dirinya karena klien (siswa) terlalu sensitif atau kurang sensitif terhadap rangsangan tertentu. Teknik ini bisa dilakukan secara individual tanpa kehadiran peserta atau siswa lain yang berselisih
c)      Nasihat. Teknik ini diterapkan apabila benar-benar diperlukan. Usahakan tidak memberikan nasihat. Apabila teknik-teknik yang lain sudah diterapkan secara baik, nasehat tidak diperlukan lagi.
d)     Peneguhan hasrat dan kontrak. Teknik ini merupakan tahap penguncian atas berbagai upaya pengubahan tingkah lahku yang telah dilaksanakan. Teguhnya hasrat merupakan komitmen diri bahwa apa yang telah dilatihkan dan semua hasil layanan mediasi benar-benar dilaksanakan. Komitmen tersebut dapat disusun dalam berntuk kontrak yang realissasinya akan ditindaklanjuti oleh klien bersama konselor.

5.      Pelaksanaan Layanan Mediasi
Salahudin Anas (2010 : 59). Menjelaskan seperti layanan-layanan yang lain, pelaksanaan layanan mediasi juga melalui proses atau tahapan-tahapan sebagai berikut :
a.       Pertama, perencanaan. Kegaitan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a)      Mengidentifikasi pihak-pihak yang akan menjadi peserta layanan
b)      Mengatur pertemuan dengan calon peserta layanan
c)      Menetapkan fasilitas layanan
d)     Menyiapkan kelengkapan administrasi
b.      Kedua, pelaksanaan yang meliputi kegiatan :
a)      Menerima pihak-pihak yang berselisih atau bertikai
b)      Menyelenggarakan penstruturan layanan mediasi
c)      Membahas masalah  yang dirasakan oleh pihak-pihak yang menjadi peserta layanan
d)     Menyelenggarakan pengubahan tingkah laku peserta layanan
e)      Membina komitmen peserta layanan demi hubungan baik dengan pihak-pihak yang lain
f)       Melakukan penilaian segera
c.       Ketiga, evaluasi. Pada tahap ini kegitan yang dilakukan adalah melakukan evaluasi terhadap hasil-hasil layanan mediasi. Fokus evaluasi layanan ialah diperolehnya kemampuan baru oleh klien, berkembangnya perasaan positif, dan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh klien setelah proses layanan berlangsung
.
d.      Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menafsirkan hasil evaluasi dalam kaitannya dengan ketuntasan penyelesaian masalah yand dialami oleh pihak yang telah mengikuti layanan mediasi.
e.       Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan mendiasi lanjutan untuk membicarakan hasil evaluasi dan memantapkan upaya perdamaian di antara pihak yang berselisih atau bertikai.
f.       Keenam, laporan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
a)      Membicarakan laporan yang diperlukan oleh pihak-pihak peserta layanan mediasi
b)      Mendokumentasikan laporan layanan mediasi.



































BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.

Di sekolah dasar, kegiatan bimbingan dan konseling tidak diberikan oleh guru pembimbing secara khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Guru kelas harus menjalankan tugasnya secara menyeluruh, baik tugas menyampaikan semua materi pelajaran (kecuali Agama dan Penjaskes) dan memberikan layanan bimbingan konseling kepada semua siswa tanpa terkecuali.

B.     Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan acuan untuk menjadi lebih baik dan lebih mengacu pada pembelajaran yang optimal dan efisien dalam sarana dan prasaranan pembelajarannya serta makalah ini dapat bermanafaat bagi orang-orang khususnya para pembaca sebagai bahan reverensi. Krtik dan saran kami perlukan untuk kesempurnaan makalah ini agar dapat menjadi makalah yang lebih baik dan dapat berguna bagi orang-orang khususnya bagi pembacanya.



DAFTAR PUSTAKA


Muhaimin Akhmad. 2013. Bimbingan Dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta : AR-Ruzz Media.

Husari Achan. 2008. Manajemen Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Depok : CV. Arya Duta

Tohirin. 2008. Bimbingan & Konseling Di Sekolah Dan Madrasah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Salahudin Anas. 2010. Bimbingan Dan Konseling. Bandung : CV. Pustaka Setia

Daryanto dan Farid. 2013. Bimbingan Konseling. Yogyakarta : Gava Media